I write my life

I write my life,my imajination,my world

Sabtu, 10 Januari 2015

[FF] to the beautiful you 11(first broken heart)

Disclaimer: dari awal saya tegaskan bahwa nama,karakter,dan gambar bukan milik saya,melainkan saya pinjam demi mendukung cerita yang murni rekayasa__ingat cuma REKAYASA!!!___ hasil imajinasi saya sendiri plus sumbangan ide beberapa pihak terkait :)
Genre: exo,gs,oc,school life,friendship,family,humor,hurt,and a little bit romance
Warning: cerita bisa jadi sangat membosankan,banyak kalimat membingungkan_krn mungkin aku ini sebenarnya penduduk exo planet yang sedang menyamar di bumi_,hati-hati pada jebakan typo,terinspirasi sangat dibolehkan tapi mari kita hapuskan plagiarisme dari budaya luhur bangsa indonesia :D and let’s happy reading..
partnya Lumin Vs Chenmin nih :3

 bagaimana jika demikian kenyataannya
 bahwa saat itu aku melepaskanmu ..
karena kau memang takdir bagi orang lain
cats

three years ago…..at  seoul….
  “Huwaa! kenapa ini bisa terjadi?kenapa Han oppa harus mencium yeoja itu? ini keterlaluan”
  Chen cuma bisa menatap datar yeoja yang menelungkupkan wajahnya di meja kelasnya usai pelajaran berakhir.
  “bukankah itu cuma akting di MV-nya,atau kau justru lebih suka jika dia berciuman dengan sesama membernya yang lain?”
  refleks yeoja itupun menegakkan kepala,menatap tidak suka pada Chen.
  “Kenapa bisa-bisanya kau ngomong gitu,sampe kapanpun hangeng oppa adalah namja normal,tak peduli image apapun yang sedang dibuat agensi ataupun para fangirl-nya yang lain.Jadi jangan memfitnahnya! apalagi didepanku.”
   Chen sadar adalah sebuah kesalahan menjelek-jelekkan bias didepan fangirl-nya,namun diapun merasa berbicara hal yang benar meski kini Minseok,sahabatnya yang biasanya bersikap sangat lembut bisa menatap setajam itu padanya lalu pergi meninggalkannya begitu saja padahal dirinya mau berbaik hati menemani Minseok melampiaskan kesal hatinya sebagai seorang fangirl.
.
.
.
  Selang hari berganti.
  Chen mendapati lagi Minseok sedang duduk tak bersemangat di undakan dekat tempat mereka seharusnya memulai ekskul taekwondo mereka.
  “Sekarang ada apa lagi?” tanya Chen yang sudah memakai seragamnya.
“Tidak apa-apa kok,aku cuma merasa tidak enak badan saja,mungkin aku harus pulang untuk istirahat,bisakah kau sampaikan izinku kepada songsaengnim,dan juga ini sunkist potongnya buatmu saja!”
  Chen menerima kotak makanan yang selalu berisi buah-buahan potong yang selalu Minseok bawa untuk dimakan bersamanya saat istirahat ekskul,untuk penambah semangat katanya.Chen seolah bisa menebak apa yang jadi penyebab wajah muram temannya itu.Pasti ada hubungannya dengan pemberitaan yang sedang marak minggu ini,baik TV ataupun online.
   Chen sebenarnya jengah pada sifat yeoja yang satu ini,khususnya yang disebut para fangirl,padahal para bias mereka yang bertebaran di TV adalah orang yang takkan peduli apa dirinya sedang menangis,terluka hati ataupun sedang punya masalah hidup yang berat ,bahkan untuk sekedar mengenalpun tidak,tapi para yeoja itu,minseok salah satunya,bisa-bisanya menempatkan mereka seolah yang terpenting dihidupnya dan akan jadi yang paling terluka saat sedikit saja masalah menimpa mereka.Saat Minseok  hendak beranjak turun sambil mencari HP-nya untuk menghubungi sopir pribadinya,Chen mencekal lengannya,menahannya untuk pergi.
  “Hari ini sepertinya hyo songsaengnim tak hadir,jika kamu pulang aku takkan punya teman main,jadi ngobrol saja denganku!”.
   Chen tak peduli sejengah apa yang akan dia rasakan dalam obrolan itu,Diapun tahu pasti Minseok bukan tipe fangirl yang dengan mudahnya menyayat-nyayat lengannya hanya demi bias,tapi yang ingin dia pastikan sekarang adalah wajah muram dihadapannya ini takkan bertambah sendu saat dia membiarkannya pulang.
                                                                …………
  “Aku cuma tak mengerti,Chen-ah! Dimana perasaan mereka? aku yakin mereka juga seorang fangirl yang takkan rela jika biasnya terluka oleh apapun,tapi kenapa harus menyerang sefrontal itu,aku juga yakin diantara mereka adalah fangirl hangeng oppa tapi kenapa malah mereka tak mau menghargai yang jadi keputusannya,apapun itu,dan justru mereka berencana menggagalkan debut dongsaengnya dengan membuat petisi,dan akan membuat black ocean disetiap konser donsaengnya nanti.Menurutmu,apakah itu adil,Chen-ah?”
  “Aku rasa tidak!” jawab Chen seadanya sambil menikmati sunkist yang sangat manis itu.
  “Kau harusnya tahu Minseok-ah!sebaik apapun dirimu,kau takkan bisa membuat semua orang suka padamu,apalagi jika kau seorang artis yang sedang terkenal,punya banyak pesaing,juga antis”  Batin Chen yang dia coba tahan untuk disuarakan.
  Sudah lama dia tahu Minseok adalah fans berat dari boyband yang sedang populer saat ini.Kepadanyalah,Minseok selalu bercerita betapa sukanya dia pada mereka,sayangnya dia tak bisa sebebas fangirl lain mengekspresikan hobinya itu karena dia berasal dari keluarga kalangan atas yang perlu untuk selalu menjaga status sosialnya.Alasan dia bisa dekat dengan Minseok ketimbang siswa yang lainpun lebih hanya karena kebetulan mereka selalu sekelas sejak tahun pertama mereka di SMP  dan kebetulan juga mereka  ikut ekskul bersama seperti hari ini .
   Dia justru  lebih kagum pada Minseok yang punya jadwal yang tidak kalah padat dengan para boyband itu,ada banyak les yang harus dia ikuti tiap harinya meski tampak selelah apapun,tak pernah dia mendengar keluhan dari bibir Minseok.
  “Gwenchanayo,chen-ah,ini bukan apa-apa kok,kata hae oppa saat kau sedang mengejar mimpimu kau tidak boleh dengan mudah terhenti oleh rasa lelahmu,aku juga ingin berjuang sama seperti saat ini su*u oppa sedang berjuang” jawab Minseok satu ketika.
    “Lalu sebenarnya apa yang jadi mimpimu,Minseok-ah?” tanya Chen,entah karena dia mulai kesal pada Minseok yang tak henti-hentinya bercerita  soal mereka ataukah dia memang penasaran apa yang jadi harapan yeoja itu atas usaha kerasnya selama ini,Chen tak tahu pasti yang mana tapi dia segera menyesal saat mendapati raut wajah kebingungan yang teramat untuk menjawab pertanyaannya.Dia butuh pengalihan situasi secepatnya dan untungnya dia segera ingat pada tayangan varity show boyband itu yang kebetulan dilihatnya kemarin sore.


xiao

“Minseok-ah! apa kau tahu hangeng itu punya dongsaeng yang masih trainee,tapi sepertinya dia akan segera debut karena dia sangat berbakat di musik dan dia pintar main piano sepertimu!”
  Itulah awal Minseok mengenal Henry dan makin menjadi pula kefangirlannya akibat ucapan Chen sendiri .
   Beruntung dia menyempatkan diri membaca berita-berita yang in saat ini.Tentang Hangeng yang tiba-tiba  memilih meninggalkan teman-temannya  menjelang konser mereka dan sebagai bentuk pelampiasan rasa kesal,para fangirl boyband itu,yang Minseok sebut mereka seorang sasaeng separuh hater,justru mengalihkan dengan menyerang dongsaengnya yang baru saja akan debut bareng boyband baru agensi tersebut.
    “…dan juga kenapa agensi mereka harus memaksa mereka bekerja sekeras itu,bukankah mereka seharusnya menjadi seorang partner,bukan dengan sepihak menganggap artisnya hanyalah mesin pencetak keuntungan,bukankah itu hanya menambah tekanan bagi mereka dan makin buat mereka susah bernafas!”.
   “Minseok-ah!.. di dunia ada banyak sekali manusia yang dalam keadaan yang lebih parah dari itu..jadi berhentilah mencemaskan  mereka berlebihan begitu” lagi-lagi batin chen bicara tanpa suara.
  Sesaat Chen menghela nafas.
”Saat orang lain tak memberimu pilihan,kaulah orang yang berhak memilih yang terbaik atas dirimu sendiri meski kau juga akan dihadapkan pada risiko dan juga kepentingan oranglain yang harus kau korbankan.” Akhirnya Chen tak tahan juga menyuarakan pemikirannya
   Dan kenyataannya memang Hangeng  tetap mengambil keputusan itu walau harus mengorbankan adiknya. Batin Chen tetap tak mau kalah untuk bersuara.Dan untuk yang satu ini benar-benar tidak boleh dia katakan kalo dia masih mau berteman dengan Minseok. 
Diapun menyodorkan satu iris sunkist.”Ini!bibirmu bisa kering kalo kau ngomong terus begitu tanpa minum”
   Minseok menerimanya dan langsung menyesapnya.
   ” Di saat seperti ini,aku ingin bisa jadi berarti bagi mereka…aku ingin jadi fangirl yang baik..yang bisa bilang ‘tidak apa-apa,oppa!apapun yang terbaik bagi oppa,aku akan selalu ada untuk oppa,jadi tetaplah bersemangat’  saat bertemu mereka tapi untuk hal  sekecil itupun aku tak bisa melakukannya”
  Chen terhenyak saat melihat mata Minseok mulai berkaca-kaca dan satu bulir berhasil lolos dari  mata kanannya dan dengan cepat dia hapus.
“Minseok-ah!..”
“Mianhe,chen-ah,aku sudah bersikap berlebihan eoh?” Minseok mencoba tersenyum kembali.”..oh ya bukankah kau terpilih  mewakili sekolah di kejuaraan taekwondo nasional..chuk…ada apa?apa ada sesuatu di wajahku?” Minseok merasa aneh dengan tatapan Chen yang mendadak berubah padanya apalagi sekarang tangannya juga turut menyentuh pipinya.
“Chen-y..” ucapan Minseok terhenti saat chen dengan tiba-tiba mencium bibirnya.Matanya melebar karena kejadian yang tak disangkanya itu.
   Chenpun tak tahu setan mana yang mendorongnya berbuat begitu,namun akal sehatnya justru kembali saat dia merasakan betapa lembut dan manisnya aroma sunkist di bibir Minseok.
  Mungkin dia merasa tak tega melihat air mata Minseok yang jatuh atau justru dia merasa cemburu pada seseorang yang terus saja minseok bicarakan itu.Diapun sadar telah berbuat hal yang salah.namun dia tak ingin kecanggungan yang akan dia dapat setelah ini.
  “Minseok-ah!apa kau tau sebutan buat ciuman hangeng di MV-nya waktu itu,kimchi kiss,namanya itu sedang populer saat ini.” ceritanya  bibir si yeoja menjadi merah oleh bubuk cabe dalam kimchi yang menarik sang namja untuk menciumnya__ini ceritanya super ngarang pemirsah :3__.”Kalo kita mungkin bisa disebut sunkis…”
  Chen benar-benar menunjukkan sifat asli namja yang bukan cuma paling ahli dalam mencuri kesempatan namun juga suka lari dari tanggungjawab.Namun Minseok juga bukan yeoja sembarangan yang bisa seenaknya diperlakukan.Segera setelah sembuh dari shocknya.
PLAK.
Minseok menampar pipi Chen.Belum cukup,dia memukul keras kepala Chen saat mencoba berkelit dengan omong kosong,apalagi nama biasnya juga turut dibawa-bawanya.
   “Pabo-ya!chen pabbo-ya!” Minseok terus memukuli kepala Chen.
  Chen tahu dia pantas mendapatkan pukulan dari Minseok.Tapi jika diteruskan,dia pasti akan benar-benar cidera mengingat Minseok tipe yeoja dengan kekuatan lengan yang kuat.Diapun memegangi kedua pergelangan tangan Minseok yang masih terus ingin memukulinya.
  “Mianhe,Minseok-ah,jeongmal Mianhe” mohon Chen.
Merasa kalah kuat,Minseok berhenti dengan perlawanannya dan menyentakkan tangannya lepas.Dia berdiri,masih menatap tajam Chen dengan matanya yang masih berkaca-kaca
  “Chen,pabbo-ya! kukira kita sahabat baik” ucapnya kemudian melangkah pergi,tanpa menyadari bahwa fakta  mengatakan tak ada persahabatan sejati antara namja dan yeoja.
.
.
.
.
meanwhile…..at Beijing…
“LULU!LULU!”panggil seorang anak perempuan tampak berlari mengejar anak lelaki yang terus berjalan keluar gerbang sekolah tanpa mempedulikannya.”Luhan!tunggu aku!”
   Akhirnya gadis itu mampu menghentikan langkah Luhan.” Apa kau mau pulang?Kudengar kau berkelahi dengan Er hao makanya tidak bisa ikut  ekskul sepakbola.lihat! bibirmu sampe robek gini” gadis itu ingin menyentuh wajahnya tapi ditepis oleh Luhan.
  “Kenapa?kenapa anak itu terus-terusan mengganggumu?” gadis manis berambut hitam lurus sebahu yang dikuncir dua turun disisi kanan dan kiri bahunya  itu terus bertanya tanpa peduli wajah Luhan yang tak berminat untuk menjawabnya.
   Luhan menghela nafas berat,sebenarnya amarahnya belum juga reda sejak perkelahian tadi,perkelahian yang takkan terjadi jika Er hao,kapten tim sepakbola SMP-nya yang tak henti memancing konfrontasi dengannya.
  “Lalu sekarang kau mau kemana,Lulu? ah aku tau,gimana jika kita pergi kencan hari ini? bukankah kita sudah satu bulan jadian dan kita belum pernah kemanapun bersama.” ajak gadis itu ceria sambil menggamit tangan Luhan.
  “Maaf,Li an” Luhan melepas tangan gadis bernama Li an itu.”Saat ini aku sedang tak ingin pergi kemanapun,aku cuma mau pulang,dan bisakah kau berhenti memanggilku begitu?”
  “Kenapa? apa sekarang kau marah padaku?aku cuma ingin menghiburmu,bukankah itu gunanya aku jadi pacarmu,dan panggilan itu..bukankah itu tanda sayang kita,aku ingin memanggilmu begitu dan kau boleh memanggilku,Lili”
    Ah.Luhan merasa bersalah sekarang saat Li an mulai memasang wajah merajuk dan  dia takkan bisa mengatasinya.
  “Aah..itu..”seru Luhan tiba-tiba dan Li an ikut menoleh ke arah pandangan Luhan tertuju,tapi dia tak menemukan hal menarik disana,hanya ada kumpulan anak-anak SMP yang sedang pulang sekolah seperti mereka.Diapun sadar telah ditipu apalagi saat menoleh kembali ke Luhan,dia telah raib dan rupanya Luhan sudah naik di sebuah bis yang melaju.
  “LUHAN!!” panggilnya jengkel.
   Kepala Luhanpun kemudian muncul dari jendela bis.”Maaf,Li an,aku sungguh-sungguh ingin sendiri sekarang! kau juga kembalilah ke sekolah,bukankah kelasmu sedang ada les tambahan!” ucapnya lalu kembali duduk sebelum sopir mendampratnya karena berbuat hal yang dilarang itu.
.
.
.
  “Minseok-ah,Mianhe! aku sungguh menyesal soal kemarin.bukankah kita teman,tapi kenapa kau tak mau juga memaafkanku” Chen terus mengekor Minseok yang tampak sibuk mencari buku di perpustakaan kala jam istirahat.
“Sudahlah,Chen-ah,aku sudah melupakan itu jadi berhentilah membahasnya,dan lagi aku sedang sangat sibuk sekarang,jangan mengikuti aku terus!”
  “Tapi kenapa sikapmu seperti kau telah benci padaku dan tak mau peduli lagi” rajuk Chen.
   Minseok makin sebal oleh sikap Chen itu,memang dia masih marah soal kemarin tapi bukan itu yang membuatnya menghindari Chen beberapa hari ini,namun lebih karena dia terlalu sibuk dengan semua urusannya sendiri.Entah kenapa di saat yang bersamaan guru lesnya memberinya tugas atau kuis yang kesemuanya menuntutnya untuk mendapat nilai sempurna yang akan mereka tunjukkan pada neneknya.
  “Chen-ya! aku akan benar-benar marah jika kau terus-terusan menggangguku begini,aku sungguh sangat sibuk sekarang!kau juga lebih baik merenungkan kesalahanmu sehingga aku juga akan memikirkan untuk memberimu maaf !”
  “Ne,arraseo..sekali lagi tolong maafkan aku,Minseok-sii” ucap Chen setengah bercanda lalu melangkah pergi sesuai suruhan Minseok yang masih menatap kepergiannya dengan senyum tersamar.
Sepeninggal Chen,Minseok kembali berkonsentrasi pada buku musik yang dipegangnya,dia harus memilih lagu  yang tepat dan betul-betul mampu dia kuasai untuk dapat meninggalkan kesan bagi guru privat pianonya yang terkenal sangat pelit dan mendapat nilai sempurna,dan karena saking seriusnya tak terasa waktu istirahat hampir berakhir.Dia perlu melapor ke petugas perpustakaan untuk meminjam buku itu.Saat akan membereskan bukunya,Minseok melihat ada sesuatu yang jatuh.Dua lembar kertas yang kelihatannya seperti tiket dan sebuah kertas memo berwarna hijau yang menyertainya.Diapun segera memungutnya
     Ayo pergi kesana bersamaku dan kita nyalakan walau satu titik cahaya buat mereka.Dan saat itu aku ingin pastikan kau sudah memaafkanku :)
Chen
  .
.
.
  “Luhan,apa dia belum pulang,ibu? apa dia berlatih sepakbola lagi sampe malam begini,?” tanya Jae in,ibu luhan yang tak menemukan putranya dimeja makan seusai dia pulang menemani sang suami ke eropa dalam rangka pengurusan bisnisnya.
“Dia ada di kamarnya,mungkin karena kecapekan,dia bilang mau langsung istirahat” jawab sang ibu mertua.
“Benarkah?atau jangan-jangan dia sedang sakit,biar aku melihatnya dulu”Jae in hendak bangkit dari kursinya tapi ditahan nyonya Xiao.
  “teruskan saja makanmu,lagipula Luhan sudah besar,kau tidak bisa terus-terusan bersikap berlebihan begitu padanya.”
  “Berlebihan? yang mananya dari sikapku yang berlebihan.Bu?” tanyanya pada sang ibu mertua.
   Nyonya xiao malas untuk menjawab menantunya itu.”Sudahlah,lebih baik kau urusi saja suamimu,biar aku saja yang menengoknya” Nyonya Xiao beranjak dari kursinya.
“Kenapa? apa yang salah dengan sikapku pada anakku sendiri?” guman Jae in tak mengerti.
“Tentu saja,kau bahkan bisa buat aku cemburu pada anakku sendiri” jawab sang suami namun dibalas tatapan ngambek Jae in.
……
  Luhan sedang melamun ditepian jendela kamar saat neneknya mengetuk pintu kamar.Segera saja dia masuk ke dalam selimut dan berlagak tidur.
“Luhan? apa kau sudah tidur?” kepala neneknya mengintip dipintu.Tak ada jawaban tapi nyonya Xiao tetap memilih masuk.
   Dia berjalan dan duduk ditepian ranjang Luhan,dari sana dia bisa melihat cahaya bulan yang menerobos masuk lewat jendela besar tepat di samping ranjang,membagi terangnya di ruangan yang dibiarkan gelap tanpa penerangan.
   “Hari ini bulannya terang sekali,senang sekali rasanya kalo ada yang  mau menemaniku ngobrol di suasana setenang ini!” ucapnya seolah tahu apa yang sedang Luhan lakukan.
   “Apa ada sesuatu terjadi lagi disekolah,Luhan?” tanyanya kemudian.
  “Tidak ada,nenek tak perlu khawatir” jawab Luhan dibalik selimutnya.
   Nyonya Xiao menghela nafas panjang.”Coba biar nenek tebak!apakah ada lagi yang menganggap kamu mendapat gelar MVP dibasket karena keluargamu membayar pihak penyelenggara untuk itu? atau ada lagi yang iri karena kamu terlalu serba bisa,punya banyak penggemar karena wajahmu,karena kau terlalu baik hati pada siapapun dan punya keluarga yang mereka anggap sangat berada.Adakah masalah yang disebabkan dari itu semua ataukah salah satunya,Luhan?”
  Tak ada jawaban.
  “Biar nenek coba tebak lagi!kau pasti pernah berharap tidak lahir di keluarga Xiao’kan,Luhan?”
  “Tidak…sedikitpun aku tak pernah berpikir begitu” jawab Luhan.
   Lagi-lagi nyonya Xiao menghela nafasnya.Melihat apa yang dialami cucunya,kini dia mengerti  ungkapan bahwa kadang dengan semua kebaikan yang diperolehnya dalam hidup,itu juga berarti ujian bagi orang tersebut.
  Mungkin itulah yang menimpa Luhan yang sampe harus sering berpindah sekolah karena rasa tidak suka orang lain yang membawanya pada masalah.Saat dirinya duduk di tahun pertama SMP-nya,dia mendapat bullying yang tak main-main dari para seniornya,Luhan memilih tak bercerita namun ibunya mulai menyadari sendiri ada sesuatu yang tidak beres dan akhirnya tahu apa yang menimpa putranya. Jae in hampir menuntut pihak sekolah namun akhirnya dia mengalah dengan hanya memindahkan Luhan ke sekolah lain.
    Tak berselang lama yang hampir serupa terjadi lagi.Kali ini terjadi di dalam klub basket yang diikutinya,teman-temannya tak bisa menerima kemampuannya yang termasuk diatas rata-rata ditambah banyaknya fangirl yang sangat menyukainya,yang mereka anggap membuat hilangnya konsentrasi setiap kali latihan  dan puncaknya mereka menginginkan gelar MVP yang didapatnya dari sebuah kompetisi dicabut dan akhirnya pindah sekolah lagi-lagi jadi penyelesaiannya.
boy-photography-sad-favim-com-178038
  “ tapi…satu hal yang tak bisa kuterima dari keluarga ini adalah kenapa  aku tak bisa hidup seperti kedua gegeku yang bebas memilih jalan hidup yang mereka maui”
“Apa kau tahu? kurasa ibumu saat ini meyesali keputusannya yang mengizinkan dua gegemu pergi ke korea,masalah yang berat sedang mereka alami namun mereka bersikeras menyelesaikannya sendiri,bahkan sekarang  kita  tak tahu pasti dimana han gegemu berada,percayalah,Lu!apa yang ibumu lakukan semuanya demi yang terbaik untukmu!!lagipula apa kau tidak kasihan bila ibumu harus berpisah dengan semua anaknya?”
  “Tapi nyatanya nenek bisa melepaskan putra satu-satunya cuma demi mengejar ibu,lalu kenapa ibu tak bisa bersikap begitu”
   Nyonya Xiao mendadak tertawa oleh bantahan Luhan.”kalo sejak awal nenek tahu alasan ayahmu tinggal lebih lama cuma karena masalah asmara,nenek pasti sudah jambak dia pulang,terlebih  sebelumnya nenek juga sudah berniat ingin menjodohkannya dengan saudara jauh kakekmu!…apa jangan-jangan kau juga ingin menjadi seperti dua gegemu….ataukah seperti ayahmu yang mengejar-ngejar gadis korea?!”
  “Tidak……aku cuma ingin orang lain bisa melihatku sebagai diriku sendiri,bahwa yang aku  capai tak lain dari apa yang aku usahakan sendiri,tak lebih.” lanjut Luhan
  Sekarang Nyonya Xiao merasa terlalu tua untuk bisa membantu menyelesaikan permasalahan orang seusia Luhan.
  “ Jika kau hidup cuma untuk selalu menunjukkan dirimu pada orang lain,cepat atau lambat kau akan jadi orang yang paling kesepian dalam hidupmu sendiri,kau berhak bahagia tak peduli orang lain melihatnya atau tidak,abaikan orang lain menilaimu seperti apa asal itu bukan kenyataan yang ada,itu menurut pendapat nenek,Luhan?” 
  Lagi-lagi sunyi menyergap.Nyonya Xiao tahu membiarkan Luhan sendirian adalah yang paling tepat sekarang.Luhanpun demikian,bisa saja dia mengajukan protes tak setuju pada pendapat neneknya yang tentu saja sangat sulit direalisasikan,namun akhirnya dia memilih diam karena tak seharusnya dia membantah neneknya.
  “Tidurlah,nenek yakin besok akan lebih baik buatmu,dan kalo kau lapar segeralah turun,bukan hal yang keren kalo laki-laki jadi sakit cuma gara-gara hal begini”pesan Nyonya Xiao sebelum pergi dari kamar Luhan.
  “Nenek tenang saja kalo soal itu” jawab Luhan saat neneknya melangkah menuju pintu yang segera saja membuat Nyonya Xiao tersenyum.
.
.
.
  “Ini…kau serius akan mengajakku kesana…bukankah ini tiket konser SU*U dan juga tempat Henry oppa akan tampil perdana di konser  bersama teman-temannya?” tanya minseok bergantian memandangi tiket dan chen dengan ekspresi yang tak jauh beda saat charlie yang baru saja mendapat tiket emas ke pabrik coklat di sebuah film.
Sesaat setelah jam pelajaran berakhir tadi,Minseok langsung mendatangi bangkunya dan menanyakan soal tiket yang ditinggalkannya itu.Chen suka sekali melihat ekspresi tak percaya dan rasa senang yang tak terbendung ,keduanya bercampur dan memancar jelas di binar mata Minseok.
  “Ne…juga tempat para hater mengancam akan melakukan black ocean untuk mereka,bukankah kau bilang ingin melakukan sesuatu untuk mereka?jadi ayo kita nyalakan light stick dan hp kita disana….dan kamu tenang saja,apapun yang terjadi aku akan melindungimu disana.” janji chen.
“Waeyo? apakah jadwal konser ini berbentrokan dengan jadwal les privatmu?” tanya Chen khawatir yang mendapati Minseok terdiam.
  “Aniyo” hanya saja Minseok masih tak percaya chen yang selalu tampak tak berminat meski dia selalu  mau mendengar curhatannya tentang mereka tapi dia nyata-nyata mau membelikan tiket dan menemaninya ke konser itu
  “ ….apapun yang terjadi aku pasti akan kesana…jeongmal gomapta,chen-ah” senyum Minseok    
  “Apa itu artinya kau sudah memaafkanku?
“tapi sebelumnya kau harus berjanji untuk tidak mengulanginya lagi.”
  Chen tampak agak keberatan tapi dia tak punya pilihan lain.
  “Ne.yakso!”
  “Nona Minseok!”
Mungkin karena terlalu lama di kelas setelah jam sekolah berakhir,sopir pribadi Minseok mendatanginya dikelas.
“ne,kajja!kita pulang,sopir kang!!” ajak Minseok sambil membenarkan tas punggungnya.
“Tunggu sebentar,nona Minseok,Chen-sii?!”
“Ne?!” Chen yang sedang duduk santai dibangkunya mendadak salah tingkah disapa sopir pribadi Minseok yang biasanya bersikap sangat kaku.
“apakah anda punya waktu luang setelah ini?”
“Ne?!waeyo?!” tanya Chen masih keukeuh dengan ekspresi bingungnya.
“Waeyo,sopir kang?” Minseokpun ikut penasaran.
“Jika anda tidak keberatan,bisakah anda ikut bersama kami,Nyonya Hwang berpesan untuk mengajak teman nona Minseok mampir ke rumah karena nyonya Hwang ingin juga mengenal anda?”
   Chenpun tanpa ragu menyanggupi permintaan sopir kang,lagipula sudah sejak lama dia punya keinginan itu jadi dia tak perlu menolaknya,dan tampaknya dia tak menyadari perubahan ekspresi di wajah Minseok di perjalanan selama duapuluh menit yang membawanya ke rumah mewah yang sepuluh kali lebih besar dari apartemen yang jadi rumahnya.
10885154_606502759504983_289298485081495622_n
  Dan pemandangan dalam rumah tak kalah membuatnya terhenyak.Semuanya tampak terlalu mahal baginya.Namun Chenpun sebisa mungkin menjaga sikap agar tak terlalu tampak kampungan.Apalagi di ruang tamu sudah ada wanita paruh baya berbusana hanbok dengan aksen modern yang membuatnya anggun dan tentu saja memudakan usianya beberapa tahun.
   Dengan sangat ramah Nyonya Hwang menyambut Chen.”Mianhe,semoga kau tidak keberatan  jika aku yang menemanimu,Chen-sii,karena Minseok sudah ditunggu guru lesnya”
“kudengar disekolah kau adalah juara di cabang olahraga taekwondo bahkan sampai ditingkat nasional,Chen-sii,bukankah itu prestasi yang luar biasa?!” tanya nenek Hwang memulai obrolan setelah menyuruh Minseok naik  ke lantai dua meski Minseok tampak enggan untuk mematuhinya
    “…Ani,sebenarnya saya baru terpilih untuk mewakili sekolah ke kejuaraan itu,jadi belum bisa disebut begitu..dan lagi anda cukup panggil saya chen saja” Chen mencoba bersikap seperti dirinya yang biasanya meski  sebenarnya dia gugup bersitatap dengan mata nyonya Hwang yang menatap lurus matanya setiap kali bertanya.
  Sejujurnya Chen merasa sedikit sekali kemiripan yang dia jumpai antara Minseok dan neneknya,salah satunya yang serupa adalah matanya.Namun meski sama-sama memiliki single eyelid dan bentuk yang tajam,tetap saja Chen merasa tatapan Minseok jauh lebih lembut apalagi ditambah sikapnya yang sedikit pemalu juga senyum simpul yang dimilikinya,berbeda sekali dengan wanita yang ada dihadapannya sekarang,tatapannya seolah cermin dari ketegasan pribadinya yang seakan ingin mengintimidasi siapapun yang menatapnya. 
  “ begitukah,chen-ah!” balas Nyonya Hwang sambil tersenyum,namun tetap saja tak bisa memecahkan kecanggungan yang ada.” setelah ini kau akan melanjutkan kemana,chen-ah?” tanya Hwang lebih lanjut mengingat mereka sudah ada di tahun terakhir SMP meski baru beberapa bulan.
  “Ehm saya belum memikirkan itu,nyonya”
  “..Sebenarnya semula aku ingin memasukan minseok ke sekolah milik yayasan yangpyeong,namun dia bersikeras untuk masuk sekolah umum….”
  “…Tapi di sekolah kamipun Minseok juga sangat pintar,bahkan tak ada siswa diangkatan kami yang bisa menyamai prestasi akademiknya itu…”Chen menimpali Nyonya Hwang
  “Chen-ah,apa kau tahu dan setuju soal persamaan hak?”
  “Ne!?” ucap Chen tak begitu mengerti.
   “ Equality! apakah di sekolah kau belum diajarkan soal itu,Chen-ah? bukankah itu yang sedang paling diperjuangkan dunia saat ini,jika menurutku itu hal yang tak mungkin dan seharusnya tidak boleh terjadi,hirearki akan tetap selalu dibutuhkan,tentang siapa yang layak berada diatas dan siapa yang kenyataannya harus berada di tingkatan bawah”
“…Aku..tidak mengerti maksud nyonya?” Chen mencoba tetap bersikap tenang,meski dia mulai menyadari hal yang buruk mungkin akan terjadi padanya.Teh chamomile yang disuguhkan untuknya tak lagi bisa merilekskannya lagi
“mungkin aku bisa memberimu contoh,chen-ah! yang kudengar bukankah kedua orangtuamu bekerja sebagai pegawai negeri di departemen dalam negeri? dari yang kutahu harga satu hanbok yang Minseok punya bernilai lima bulan gaji mereka,itupun yang tanpa dipesan khusus ,dari contoh kecil itu saja kau pasti tahu ada banyak hal yang terlalu nyata berbeda hingga sulit untuk disamakan.bukan begitu,chen-ah?”
  Kini semua makin jelas bagi chen,dia sadar telah salah sangka,dia kira keluarga Minseok akan sebaik sikap Minseok selama ini,bahwa apa yang sering terlihat di drama TV  tidak selalu nyata menggambarkan para chaebol yang angkuh dan sombong,namun kenyataannya memang begitu.
  “Kurasa sekarang aku sudah mengerti maksud nyonya!…”ucap chen.
  “Benarkah? maaf,kuharap kau tidak sedang tersinggung oleh perkataanku,chen-ah,”  Kini Nyonya Hwang yang dengan tenang meneguk tehnya menjelma jadi sosok yang menakutkan bagi Chen.
  “..oh ya,kudengar bahwa penempatan pegawai sipil pemerintahan sangatlah tidak merata di negeri ini,dan tak seharusnya pasangan bisa bekerja disatu tempat yang sama sementara masih ada desa-desa kecil belum terlayani program pemerintah terutama didekat perbatasan …”
“Aku cukup mengerti maksud anda mengundang saya kemari,jadi anda tak perlu meneruskannya lagi ” buku jari-jarinya kini memutih saking kerasnya dia mengepalkan tangan menahan luapan emosi di dadanya sejak tadi.
“maaf,setelah ini saya sedang ada urusan,saya permisi dulu” Chen segera menyampirkan tas punggungnya,masih tak lupa untuk menunduk hormat kemudian melangkah keluar rumah besar itu dengan hati terluka.
……….
“Minseok-ah,ada apa?apa ada sesuatu yang sedang mengganggu pikiranmu?” tanya  young ji songsaengnim  melihat murid lesnya tampak tidak fokus sejak awal lesnya dimulai.
Minseok tampak tak tenang,sesekali dia memainkan pensil yang seharusnya dia gunakan untuk mengerjakan soal-soal fisika dihadapannya.
  “ Young ji saem,izinkan saya turun sebentar!” Minseok beranjak dari meja rendah di ruang tengah lantai dua tanpa menunggu izin young ji.
10384674_606502869504972_667154186763207536_n
Dia begitu tergesa hingga derap langkahnya menuruni tangga menggema,saat dia tak menjumpai keberadaan Chen,dia makin percepat langkahnya,tak dipedulikan keberadaan neneknya yang masih disana.Untungnya dia masih melihat chen yang baru beranjak dari beranda rumah.
  “Chen-ah,waeyo?kenapa cepat sekali mau pulang,apakah halmonieku sudah menyinggungmu?” tanyanya mencoba menyamai langkah chen yang tak mau melambat meski oleh kehadirannya.
  “Sudahlah,Minseokie,lebih baik kau tak usah bersikap begini padaku,kau bisa membuat nenekmu marah,lebih baik kau segera masuk” ucap chen bahkan tak mau menoleh padanya.
“berarti benar’kan?kalo gitu aku minta maaf,seharusnya sejak awal aku tak….”
  “ kubilang sudahlah!kalo gitu yang benar adalah seharusnya aku tak berteman denganmu,Minseokie”tegas chen yang kini mau menoleh padanya,Minseok bisa melihat mata Chen yang merah oleh amarah dan ucapannya kini turut memerahkan matanya.
“Sebenarnya apa yang halmonieku katakan padamu?apa dia mengancammu?kenapa kau harus bilang gitu,chen-ah?” tanya Minseok sedih namun tak sampai membuatnya menangis mengiba.
  Chen terdiam,sungguh dia tak pernah tega melihat wajah Minseok seperti sekarang,terlebih jika itu karena dirinya.Namun sakit dihatinya juga tak mampu dia abaikan.
  “Aku pulang dulu,sampe ketemu di sekolah” ucap chen pelan.
“tunggu!kumohon!kalo kau masih menganggapku temanmu,tinggallah sebentar dan biarkan aku minta maaf dan jelaskan semuanya.” pinta Minseok mencegah langkah Chen.Dia berjanji akan menceritakan semua tentang dirinya,keluarganya,juga hubungan rumit yang terjalin didalamnya agar chen mau mengerti yang terjadi.namun…
  “Maafkan aku,Minseok-ah…aku benar-benar harus pergi”
  inilah akhirnya,Chen tetap pada keputusannya.Minseok menatap punggung chen dengan mata yang sudah hampir menumpahkan airmata karena sadar setelah ini semua pasti akan berubah.Chen akan menjadi sama seperti teman sekolahnya yang lain,yang hanya akan menyapanya sambil lalu,takkan lagi ada teman yang selalu mau mendengarkan semua curhatnya termasuk hal yang tak dia sukai,teman selalu senang saat dia membagi bekalnya.
  kau jahat,hwang minseok! bahkan sekarang kau cuma peduli dengan dirimu sendiri disaat sahabat  baikmu justru terluka oleh halmonie-mu sendiri,batin Minseok sendiripun seolah  turut mengolok kelemahan dirinya.
Kenyataan inipun tidak kalah menyakitkan bagi Chen,setelah melangkah cukup jauh dia menoleh lagi,diseberang taman sana dia masih melihat Minseok yang melangkah masuk rumah.Hari ini adalah waktu baginya untuk melepaskan cinta pertama yang bahkan belum termiliki olehnya.
  “Kenapa halmonie harus melakukan ini?apa salahku sampe halmoni berbuat begitu pada temanku,bukankah aku sudah melakukan apapun yang halmonie  inginkan?” tanpa meminta penjelasanpun Minseok tahu neneknya adalah orang yang terkenal sangat ahli untuk menekan lawan-lawan bisnisnya meskipun seorang yeoja,jadi apa susah baginya untuk  mengancam seorang namja yang baru  kelas tiga SMP.
  “Sam shin-sii!”panggilnya pada kepala pembantu di rumah itu,bukannya menjawab pertanyaan cucunya.
  “iya,nyonya!tolong siapkan mobil untuk nona young ji pulang,kurasa minseok takkan bisa meneruskan lesnya hari ini,juga hubungi guru lesnya yang lain untuk tidak datang hari ini,Sekretaris Hwi..!”
  “iya,nyonya” seorang yeoja berbusana kantoran rapi dan cantik dengan map yang selalu ada ditangannya kini juga hadir diantara mereka.
  “Apa semua perlengkapan untuk menghadiri peresmian gedung baru di Busan sudah siap!?”
“Sudah,nyonya!”
“kalo begitu kita berangkat sekarang!”
  Nyonya Hwang meninggalkan begitu saja Minseok dengan kedua tangannya meremas roknya.justru dua yeoja lain di ruangan itu yang tampak lebih peduli  dengannya yang justru dianggap seperti patung oleh neneknya sendiri.
.
.
.
.
  “Kenapa ibu harus melakukannya? kenapa ibu harus datang ke sekolah?” tanya Luhan tak sabar begitu sampe dirumah menghampiri ibunya yang sedang sibuk dengan sketsa-sketsa baju di salah satu ruangan di kediaman Xiao,menjadi perancang gaun adalah side job ibunya,disamping menjadi ibu rumah tangga yang jadi pekerjaan utamanya
“aku cuma ingin memastikan kalo kau baik-baik saja di sekolah! tapi kenyataannya ini terulang lagi. Apa ibu berbuat salah?”
“tapi bukankah ibu sudah berjanji akan membiarkanku menyelesaikan masalahku sendiri!”
“Apa kau ingin ibu cuma diam saja saat tahu soal ini,kalian berkelahi,kamu terluka,dia terluka,memang dia sampe harus masuk rumah sakit tapi kami pasti bisa mengganti semua biaya rumah sakit anak itu.Tapi kenapa cuma kau yang mendapat hukuman pengurangan poin dan dikeluarkan dari klub sepakbola”
  “karena akulah yang memulai perkelahian dan membuat kakinya patah,padahal dia kapten tim sepakbola dan akan menghadapi pertandingan seleksi regional” jawab Luhan justru memperjelas masalahnya pada ibunya yang secara tak terduga muncul di sekolahnya dan mendebat guru kedisiplinan  soal dirinya.
  Tak ayal,dirinya segera jadi bulan-bulanan teman satu sekolah untuk dijadikan bahan olok-olok.
  ‘Sejak awal dia masuk kesini,aku merasa ada yang beda dengannya dari kita semua disini,jujur saja dia itu kerap membuatku berkeringat dingin melihat semua nasib baik yang dipunyanya”.
Luhan yang hendak ke ruang ganti klub  sepakbola untuk mengambil semua barang-barangnya diloker,terhenti di balik pintu karena percakapan itu,yang dimaksud Di xing pastilah dirinya.
  “..dan kau tahu apa julukannya di lingkungan rumahku? dia itu disebut burung phoenix dari keluarga Xiao” balas feng hua yang tinggal tak jauh dari rumah Luhan.
“Aku benar-benar kasihan pada kapten kita,meskipun keluarganya termasuk kaya tetap saja dia tak bisa menandinginya” guo wei ikut menimpali
  “Sudah jelas’kan?!nyatanya dia saja yang sudah berteman lama dengan Li an bahkan kedua keluarga sudah menjodohkan mereka,Luhan masih saja merebutnya”  
“makanya beruntung sekali dia dikeluarkan dari tim,entah kenapa juga aku berpikir kalo nasib baiknya itu dari menghisap nasib baik orang lain,bisa gawat kalo aku bernasib sama dengan Er hao”
  makin lama obrolan itu makin menyakitkan hati ,Bisa saja Luhan menghampiri mereka dan memberi mereka pukulan satu-satu,tapi dia sudah berjanji pada diri sendiri,perkelahiannya dengan er hao akan jadi yang terakhir karena dia tak mau lagi harus pindah sekolah padahal beberapa bulan lagi dia akan lulus.
PLAK
PLAK
PLAK
   namun peran itu digantikan oleh Li an yang memukul kepala mereka satu-satu yang muncul dari pintu satunya yang menghadap ke lapangan.Dia memang juga tergabung di klub itu dengan status sebagai manager
  “Apa hidup kalian begitu menyedihkan sampe kalian iri sekali dengan hidup orang lain hah?”
  “siapa yang iri?”
  “iya,buat apa iri sama orang yang bisanya dilindungi sama ibu dan ceweknya”
“Lalu kenapa kalian harus bergosip kayak anak cewek disini? bukankah kalian harus berlatih buat seleksi regional!?"
“buat apa berlatih sekarang,tanpa kapten kita pasti bakal kalah!”
“Huh!dengan sikap kalian itu,apa kalian pantas disebut cowok?kalian harusnya lihat waktu Luhan masih mati-matian berlatih saat kalian semua sudah nyaman di rumah kalian!kenapa kalian terus saja menyindirnya sementara kalian tutup mata dengan semua kerja keras dibelakangnya ”
“terus saja kau puji pacarmu itu!toh kenyataannya dia yang buat kapten kita celaka,jadi tetap saja dia yang pantas disalahkan kalo sampe tim kita kalah” Di xing masih berkeras dengan pendapatnya,begitupun dua temannya.
  Li an tersenyum kecut meski dalam hati dia sudah kesal setengah mati menghadapi cowok-cowok belum pubertas itu,buktinya sulit sekali mengajak cowok-cowok itu bersikap dewasa.
“Memang siapa yang memulai ini? kalo kalian dan kapten kalian sebagai dalangnya tidak bersikap kekanakan pada Luhan,Luhan tak akan….”
Luhan yang terus mendengarkan pertengkaran itu dari balik pintu akhirnya memilih pergi.Takkan terjadi apa-apa pada Li an,gadis  yang selalu penuh percaya diri itu pasti takkan mau mengalah mendebat anggota tim sepakbola yang dia tangani sampe nanti pelatih bakal mencarinya karena keberadaannya selalu dibutuhkan,yah walopun kerjanya sudah kayak pembantu di klub itu.
.
.
  “…tapi ibu yakin sekali kalo kau punya alasan sampe berbuat begitu?”
  keyakinan tampak jelas di mata ibunya,dia mungkin benar soal itu namun itu justru makin mengundang kesedihan bagi Luhan.Seolah membenarkan semua yang dikatakan orang tentangnya.Dia terlalu banyak punya pelindung disisinya,bahkan ibu dan Li an juga termasuk,mereka bilang dia pasti takkan bisa apa-apa jika semua yang dipunyainya mendadak lenyap.
  “Bisakah ibu berhenti bersikap seolah ingin menebus semua yang pernah ibu lakukan padaku..” Luhan melihat jelas perubahan di wajah ibunya.
“Luhan…?!”
“kumohon jangan terlalu menyesali kalo ibu pernah tak menginginkanku dan membenci kehadiranku karena toh aku tetap berdiri disini sekarang” ucap Luhan meskipun dia juga tak sanggup melihat ibunya sudah siap menangis.
  Padahal Jae in berusaha agar Luhan tidak tahu kenyataan itu sampai kapanpun.Mungkin dia memang  telah bersikap sangat berlebihan sebagai ibu di usia Luhan yang sekarang,tapi bayangan Luhan yang membiru saat masih bayi takkan bisa dia lupakan selamanya dan janji untuk menebus kesalahan itu akan terus dia pegang.
   Tak kalah menyedihkan bagi Luhan saat tahu kenyataan itu ketika masih kelas empat SD,dia mendengar itu dari pembantu senior di kediaman Xiao yang sedang bergosip dengan pembantu baru, nenek fang memang termasuk orang  tak menyukai kehadiran Jae in dikeluarga xiao sejak awal  sehingga mudah sekali membuka aib nyonya mudanya itu ke sembarang orang dan tanpa sengaja Luhan mendengarnya.
  ketika itu Luhan menangis sejadi-jadinya,dia ingin langsung memastikan pada ibunya,sayangnya ibunya lagi-lagi harus menemani ayahnya di perjalanan bisnis.gege pertamanya yang mencoba menenangkan dan membujuknya untuk melupakan saja persoalan itu.
  Hangeng bilang kalo ibunya membencinya berarti dia juga pasti membenci dirinya dan Henry, juga takkan ada keluarga mereka yang sekarang.Saat itu dia menurut saja namun Luhan tetap tak bisa melupakannya dan dia merasa hari ini saat yang tepat memastikannya.
   Sepertinya kenyataan itu memang benar,tapi yang dia rasakan tak semenyakitkan dulu,Luhan telah memahami yang pernah neneknya katakan bahwa setiap kesalahan berhak mendapat kesempatan kedua,terlebih jika yang melakukannya ibu kita sendiri,satu-satunya orang yang berani menanggung penderitaan  untuk membawa kita hadir ke dunia ini.
   Namun tetap saja dia telah membuat ibunya menangis tapi Luhan juga  tak merasa menyesal sudah mengucapkannya mengingat semua perlakuan ibunya padanya selama ini seolah membenarkannya semuanya.
  Luhan melangkah pergi dari ruangan itu.Ayahnya pasti akan marah besar padanya karena sudah membuat wanita yang sangat dicintainya itu menangis,padahal selama ini ibunyalah yang paling melindunginya dari didikan keras ayahnya yang juga jadi alasan kenapa kakaknya lebih memilih hidup di korea.
   Ayahnya memang selalu berprinsip seorang namja haruslah kuat untuk bisa melindungi,makanya sejak masih sangat belia ketiga anaknya dijejali berbagai ilmu bela diri dengan latihan yang sangat keras hingga kedua gegenya tak tahan  dan mengatakan mereka punya mimpi yang lain yang ingin mereka kejar ketimbang harus menuruti kemauan ayahnya,meninggalkan Luhan yang seakan jadi anak tunggal.
   Saat hangeng gegenya yang pertama kali pergi dia mengatakan dia ingin menjadi seorang aktor dengan masuk ke sebuah agensi artis yang cukup besar di korea.Tak selang berapa lama gegenya yang kedua menyusul dengan mengatakan ingin menjadi seorang musisi,mengingat selama ini henry suka sekali bermain musik.
  Dan naas bagi Luhan,dirinya yang cenderung menyukai olahraga tak mungkin bilang ingin korea untuk masuk akademi olahraga disana.bahkan dia pernah berkesempatan mendapat beasiswa masuk ke akademi milik klub sepakbola favoritnya namun langsung ditentang ibunya yang tak rela putranya tinggal di benua yang berbeda.
Intinya dia merasa telah dikorbankan oleh dua gegenya untuk tetap tinggal dan menjadi pewaris keluarga Xiao sementara mereka bebas pergi kemanapun,mereka terus meyakinkannya cuma dia yang bakal selamat dari tempaan keras ayahnya dengan perlindungan dari ibunya.Ketiganya bahkan kompak tak percaya cerita ibu dan nenek mereka bahwa ayahnya orang yang sangat penyayang bagi putra-putranya.
Dan hari ini Luhan telah membuat keputusan bagi dirinya sendiri….
.
.
.
.
  “Unnie! sebenarnya apa yang terjadi? apa halmonie memarahimu?katakanlah sesuatu,Unnie?!kumohon?!” tanya Tao untuk kesekian kali.
  Saat pulang tadi hal yang tak biasa dia dapati dirumah,tak biasanya dia melihat ruang tengah kosong padahal biasanya tempat itu adalah teritori bagi kakaknya dan berbagai macam guru lesnya dan ternyata dia dapati kakaknya sedang bergelung ditempat tidurnya,lamat-lamat dia dengar juga suara isakan.
Favim.com-2306
Tao mencoba bertanya namun tak mendapat respon,yang ada nenek lee menyuruhnya untuk membiarkan kakaknya sendirian dulu tanpa memberinya penjelasan,dia yakin sekali ini ada hubungan dengan neneknya,namun baru kali ini kakaknya sampai seperti itu dan membuat Tao tak sabar untuk tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Unnie!” pintanya hampir putus asa dan akhirnya kakaknya mau bangun.terlihat mata minseok bengkak seolah mau menyaingi pipinya.
“Tao-ah,kau mau’kan membantuku!”
  permintaan Minseok itu membuat bingung Tao namun seketika itu pula dia menyanggupinya.
.
.
.
   “Kenapa? kenapa kau begini sama aku!?apa salahku?apa ini karena er hao?karena anak-anak di klub sepakbola?” tanya Li an tak sabaran yang membuat Luhan serba salah untuk menjawabnya.Malam ini Luhan sengaja mendatangi rumah Li an yang  sebelumnya dia kirimi pesan terlebih dulu dan Li an memilih untuk bertemu di taman yang tak jauh dari rumahnya.Malam ini juga Luhan ingin menyelesaikan semuanya. 
“bukan begitu,Li an..aku..”
“Lalu kenapa kau minta putus sekarang?apa aku ini tidak baik buatmu?kita saja baru menjalani satu bulan dan kita belum pernah melakukan apapun bersama,jalan-jalan  bareng,nonton,makan es krim,sepedaan…”Li an seakan mendaftar schedule pacaran mereka.Luhan masih berpikir untuk mencari jawaban yang tepat,Lian sudah membombardirnya dengan pertanyaan lain.
“ini bukan soal kau,tapi aku sendiri yang minta putus,kau boleh menganggapku jahat atau apapun..soal semua yang kau inginkan itu,kurasa kau bisa melakukannya bersama Er hao,nanti,….bukankah dia itu tunanganmu?”.
  Luhan tak mengerti apa bicara sama semua cewek atau pada Li an saja dia merasa seperti terduga teroris yang sedang diinterogasi penyidik senior FBI.Diam artinya dia memang bersalah,bicarapun makin tampak lagi kesalahannya.
Pertanyaan Luhan seketika membuatnya terdiam.
”…aku tidak benci  keluargaku yang memutuskan hal itu karena aku yakin niat mereka baik,terlebih diusia kami yang masih sangat muda,semuanya bisa saja berubah…lagipula aku tak mau tiba-tiba punya suami,setidaknya aku ingin punya cinta pertama yang bisa kuceritakan di masa depan,bahwa aku pernah punya kekasih yang sangat baik hati,tampan,bisa diandalkan dalam banyak hal,pokoknya yang bisa bikin iri banyak gadis lain,makanya aku suka sekali padamu,Luhan!”
“..tapi aku merasa tak seperti yang kau katakan,aku ini tak sehebat itu..”
“..Tapi itu yang tampak bagiku dan gadis-gadis yang lainnya..” tepis Li an atas penginkaran semua pujian bagi Luhan.
“kalo begitu bukankah Er hao yang lebih baik bagimu,ditambah dia juga temanmu sejak kecil!?”
“justru itulah yang aneh..kupikir kita akan jadi sahabat selamanya tapi mendadak statusnya berganti jadi calon suami buatku..kurasa gadis lain akan lebih memilih kabur dengan laki-laki lain yang bahkan belum dikenalnya daripada dipaksakan begitu”
“tapi menurutku bukankah akan jadi cerita sedih jika cinta pertama berakhir dengan berpisah?” Luhan mencoba berpendapat dan tampaknya Li an setuju hal itu hingga sunyi mengambil tempat diantara mereka beberapa saat.
Tak sengaja mata Lian tertuju pada tas yang ada disamping Luhan.”Apa kau mau berpergian?” tanya Li an penasaran melihat tas punggung yang menggembung sesak oleh isi didalamnya.
“Em..aku mau mengunjungi gegeku yang ada di korea”
“Ooh..itukah kenapa kau mau putus denganku?apakah itu artinya kau akan tinggal disana?”
“Entahlah,aku masih belum tau..” jawab Luhan tak yakin karena dia tahu gegenyapun punya masalah tak kalah rumit darinya.Hanya saja dia ingin menghindar dulu dari situasi yangmembuatnya sesak bernafas.
Li an menghela nafas panjang dan kemudian menyodorkan tangannya.”Baiklah,sekarang aku mengerti,aku setuju kita putus!senang bisa menjadi pacarmu walau sebentar,Luhan”.
  Luhan menyambut tangan Li an.”Aku juga,Li an…setelah ini kau harus rukun lagi sama Er hao!”
Luhan hendak menarik tangannya tapi Li an justru masih memegang erat tangannya.
“..Tapi sebelum kita benar-benar berpisah,aku ingin sebuah kenang-kenangan darimu,Luhan!” Li an tersenyum penuh arti.
“Kenang-kenangan?!apa ya?” Lu han mencari-cari sesuatu dari yang dibawanya yang kira-kira berharga untuk diberikan pada Li an
“Cukup satu ciuman saja dari cinta pertamaku”.
“Apa?!”
“Kenapa? apa itu juga masih terlalu berat buatmu!ternyata benar kalo semua ini hanya perasaan sepihak saja,iya’kan?” Muka Li an mulai tampak merajuk.
“Bukan,aku juga merasa tersanjung disukai olehmu ” Luhan berkata jujur karena Lian juga gadis yang cantik,tegas,dan punya banyak nilai lebih di mata anak laki-laki di sekolah malah berani menembaknya lebih dulu dan menjadi awal mula semua ini.
“lalu kenapa? apa aku ini terlihat seperti gadis murahan karena meminta…”
  GREP.
Ucapan Li an terhenti karena tiba-tiba Luhan memegang kedua lengan atasnya.
“baik,jika itu maumu” putus Luhan yang tak pernah bisa tahan oleh rajukan Li an sementara dia sudah tak punya banyak waktu.
Luhan merasa suasana jadi sangat aneh saat mereka saling bertatapan dan kenapa juga jantungnya harus berdebar makin kencang saat dirinya makin mendekatkan wajahnya,tepatnya ke bibir Li an yang kini telah menutup matanya.
“HEI!APA YANG KALIAN LAKUKAN!”
Bukan polisi atau petugas keamanan manapun yang sedang memergoki dan menghentikan mereka di detik-detik terakhir tapi seorang kakek tua dengan tongkat dan berjalan dibantu dua orang laki-laki berbadan tegap.
“Li an,apa yang kau lakukan malam-malam begini dengan pergi diam-diam dari rumah? siapa anak itu?!!” seru kakek itu dari jarak tiga puluh meter.
Dilihat dari cari bicaranya Luhan tahu pasti orang itu adalah kakek Li an dan dia merasa perlu untuk menjelaskan semuanya tapi Li an malah menyuruhnya untuk lari.Lari secepat-secepatnya dan sejauh-jauhnya menghindari kejaran dua laki-laki yang langsung disuruh si kakek mengejar Luhan begitu dia berlari dengan kebingungannya.
Berkat dirinya seorang atlet,dua orang  laki-laki itu tak mampu mengejar langkahnya.
……..
“apa yang kau lakukan disini!?” sebuah pertanyaan menghampiri Luhan yang berdiri ragu didepan sebuah ruang rumah sakit.
Lu han menoleh,mendapati Er hao berdiri dengan kaki kanannya bertopang pada sebuah kruk.
“Gimana keadaan kakimu?” tanya Luhan canggung pada Er hao yang duduk  di kursi diruang tunggu rumah sakit,ada jarak tiga kursi kosong diantara mereka.Jika ada seseorang yang duduk disitu maka akan selesai sudah koneksi mereka,Er hao-lah yang tadi mengajaknya duduk di situ,lagipula akan makin aneh jika mereka cuma berdua di ruang rawat Er hao.
“besok aku sudah diizinkan pulang,tapi masih perlu istirahat selama satu bulan,jadi kurasa aku masih tak bisa bergabung ke tim untuk pertandingan seleksi itu.”
“….aku sudah putus dengan Li an…” ucapan Luhan membuat Er hao menoleh padanya,dia tampak terkejut dan bukan ekspresi bahagia yang terpancar,dia justru tampak makin sedih.
“kurasa alasan kenapa Li an memilihku hanya karena dia kaget oleh hubungan yang mendadak berubah diantara kalian dan sedikit  tertular sindrom kefangirlan dari teman-temannya..mungkin ”jelas Luhan,agak sedikit malu oleh kalimat terakhirnya.   
  “Sengaja aku kesini mau minta maaf atas kesalahpahaman kita soal Li an,kuharap setelah ini kalian bisa berbaikan lagi…”
“Aku juga minta maaf soal sikapku selama ini” balas Er hao mulai bisa menyamankan obrolan mereka.
Sekarang dia begitu malu ketika mengingatnya,bermula ketika dia melihat sendiri Li an menghampiri bangku Luhan yang sekelas dengannya dan dengan jelas mengungkapkannya inginnya menjadi pacar Luhan,saat itu semua orang yang masih di kelas langsung menatap mereka namun Li an tak peduli,dia membuat bingung Luhan yang menginginkan jawaban langsung darinya.Seperti tak punya pilihan lain,Luhanpun akhirnya mengiyakan.
Er hao memang sakit hati,tapi lebih karena dorongan kuat dari teman-temannyalah yang membuatnya bersikap tak adil sebagai kapten pada Luhan,satu  klub kompak mengucilkan Luhan  yang baru sebentar bergabung dibandingkan yang lain dan Luhan tak pernah mereka izinkan untuk mendapatkan bola selama bertanding di lapangan.Puncaknya adalah saat Luhan dengan langsung menanyakan kredibilitasnya sebagai seorang kapten hingga perkelahian itu akhirnya terjadi
  “soal hukumanmu… aku akan bicara pihak sekolah karena sebenarnya aku juga terlibat…”
“kurasa itu sudah tak perlu lagi sekarang,aku berpikir untuk berhenti dulu dari sepakbola,mungkin aku akan lebih serius menjalaninya lagi saat di SMA…”
“kau tahu…aku bahkan sempat berpikir kehadiranmu di tim akan membuat kita lebih kuat,kau striker yang hebat dan aku sebagai playmaker kita bisa buat pertandingan yang hebat….tapi aku malah merusaknya dengan bersikap kekanak-kanakan” Er hao mulai terbuka mengakui dosa-dosanya.
Luhan tersenyum.”  aku juga berpikir begitu….dan kurasa kita juga masih dalam usia bersikap begitu”
  Luhan melirik jam di tangannya.”Kurasa aku harus pergi  sekarang” Luhan mengambil sesuatu di dalam tasnya.
  “kau mau bepergian?” Er hao bertanya hal yang sama dengan Li an.
“Ya,kurasa aku butuh sedikit liburan dari semua hal yang sedang terjadi sekarang,dan ini untukmu?” Luhan menyerahkan sesuatu yang dibungkus kertas coklat.
“Apa ini?”
“Obat tradisional untuk menyembuhkan tulang,kata nenekku ini lebih manjur dari obat kimia modern.”
“makanya kau memberiku ini? apa kau yakin aku mau meminumnya?” Er hao merasa obat ini baru pantas diminumnya setengah abad lagi
“Hanya sekedar formalitas menjenguk teman,mungkin” Luhan mengedikkan bahu.”kalo tak mau,aku takkan memaksamu meminumnya”.
  Giliran Er hao tertawa.”tapi terima kasih,Luhan,kurasa kau satu-satunya yang memberiku apa yang benar-benar kubutuhkan dan sekarang aku baru tahu sendiri bahwa kau melebihi yang katakan orang-orang dan bisa mengerti kenapa Li an bisa sangat menyukaimu…”
Wajah Luhan tampak tak mengerti.
“Yah..dengan semua penampilan luarmu kau ternyata memang seorang lelaki sejati dan kurasa aku akan mendaftar jadi fanboy-mu” terangnya lebih lanjut yang membuat Luhan sedikit salah tingkah.
“Kau juga hebat kok,sejujurnya aku sangat ingin menjadi sepertimu,jadi kapten dan punya tim yang hebat”
“Kalo begitu sampe ketemu di masa itu nanti” Er hao mengarahkan tinju tangan kanannya.Luhanpun membalasnya dan mereka melakukan  fist bump sebagai salam perpisahan.

fist_bump_by_g_harte-d7dxiod
.
.
.
  Orang boleh melihat semua sisi baik yang dimiliki Luhan,tapi seorang Luhan tetap manusia biasa yang punya sisi lemah.Dan itulah yang menahan langkah Luhan lebih jauh masuk ke bandara internasional beijing.Mungkin tak banyak yang tau Luhan punya kecenderungan mengidap acrophobia.
  Tapi berulangkali Luhan meyakinkan dirinya sendiri,naik pesawat sendirian bukan hal yang teramat menakutkan.Kalo sekarang dia tak mampu melakukannya maka selamanya dia takkan bisa dan membenarkan semua ucapan teman-temannya yang bilang dia tak bisa apa-apa jika sendirian.

luhan_edit_by_nounou01-d5r0nxi - Copy
  Sejenak dia menoleh ke arah luar bandara.Terbayang rumah dan keluarganya,mungkin saat ini ada yang menyadari ketiadaannya,jadi sebelum berita kehilangan dirinya ada di catatan kepolisian ataupun muncul di berita media,dia harus sudah ada di tempat tujuannya,apalagi terdengar pengeras suara untuk terakhir kalinya memanggil para penumpang dengan nomor penerbangan yang sama tertera dengan tiket di tangannya yang akhirnya membulatkan tekad dan langkahnya.
……………menuntunnya bertemu seseorang teristimewa dihidupnya :)…………………….  




vi’s side:
  Annyeong..yeorrobun!oremaniya eoh? ^_^, sebenarnya vi ini bukan hiatus lho,karena  setiap kali buka lappie selalu kepikiran buat ngelanjutinnya tapi entah kenapa ide susah keluar,lalu teralih buat cari kegiatan lain deh,cek fb,ngestalk blog orang,ngecek pengunjung blog,buka youtube,pokoknya jadi teralih deh nulisnya
tapi berkat sumbangan ide dari seseorang jadi bisa lanjut deh,tapi masih sedikit tersedat karena mo nyesuain antara chapter sebelumnya dan yng akan datang.Dan sampe sini gimana pendapatnya? MEMBOSANKAN*ala iklan snicker toro morgan.Sebenarnya vi sendiri juga sempat mikir gitu,fanfic macam apa ini? kenapa alurnya maju mundur gaje,banyak bgt OC gajenya?* tapi apa daya cuma segini yg mampu aku tulis,ya terima saja.
  Sekalian mo bilang TTBY part 9 itu memang tak terjadi pada Luhan tapi terjadi nyata disekitaran hidup vi,tepatnya kisah 3-4 keluarga yang kujadiin satu dan sedikit dramatisasi tentunya,kemarin nggak sempet jelasin karena masih shock soal Luhan.Soal dua gegenya luhan pula,sengaja sejak awal aku membahas yang kerap terjadi di SM itu tapi karena lagi-lagi kasus kembali berulang, jadi aku nanti mo pake referensi yang lebih terbaru.
Dan demi Luhan dan kris yang makin ganteng aja :3,vi mencoba untuk terus melanjutkan ff ini meski yakin sekali makin gaje punya dan pake Insya Allah tentunya :).soalnya aku juga ngerasain sendiri gimana rasanya digantung sama author lain,tapi sekarang aku juga bisa merasa disisi author sendiri yang punya hal yg perlu dikerjakan di dunia nyata .Jadi kalo ada yang suka sama ff ni terus kuminta kesabarannya dan rajinlah sholat karena itu adalah penolong bagimu_sedikit pesen buat reader yg muslim :)_
  Perahu lumin shipper masih akan berlayar di part depan dan part depannya lagi baru kembali ke cast utama dan kemunculan orang ketiga and you know who pastinya :).yang terakhir buat chen fangirl kuharap nggak kecewa kalo biasnya cuma di friendzone sma Minseok :3,dan buat cover story diatas itu bukan gambaran yang three years ago lho,itu buat yang sudah SMA soalnya mukanya lebih mewakili
dah segitu aja dan see u……..

image source: mostly from favim.com