I write my life

I write my life,my imajination,my world

Kamis, 30 Maret 2017

Fangirl letters 3


Umin oppa...

Pernah aku berharap andaikan umin oppa oppaku sendiri,atau setidaknya seseorang yang kukenal di lingkungan tempat tinggalku dan hanya aku seorang yang memanggilmu oppa karena hanya kita yang kebetulan umurnya  berdekatan dan  rumah orangtua kita bersebelahan.
 Aku tahu oppa pasti sedang tersenyum,aku tahu itu!.Dan menganggapku orang yang terlalu banyak berharap danlebih baik aku menuliskannya ke dalam bentuk fanfiction.Tapi bagiku itu tak apa-apa, bukankah harapanlah yang bisa menguatkan setiap orang untuk menyambut hari esok,dan akupun sudah menuliskannya dalam bentuk surat ini lalu berharap oppa akan bisa membacanya, itu sudah menyenangkan bagiku
Umin oppa!
Sekarang aku malah ingin sekali tahu apa oppa pernah memikirkanku? Maksudku bukan aku sendiri,tapi sebagai seorang fangirl, salah satu dari sekian banyak si luar sana :)
Namun terkadang akupun mencoba mengerti bahwa oppa-pun berhak atas perasaan dan diri oppa sendiri tak peduli seberapa besarpun perasaan kami.
Salah, jika oppa menganggap yang kukatakan tadi hanya sekedar untuk mengambil hati oppa, karena sejujurnya aku adalah satu dari sedikit fangirl yang melihat dan merasakan langsung bagaimana sikap ramah dan baik hati yang selalu umin oppa tunjukkan.

Ingatkah oppa pernah kehilangan sepatu,tepatnya ketika oppa sedang jalan-jalan bersama Luhan oppa di satu malam. Bisa jadi dari sebuah coffeshop karena setahuku oppa berdua penggemar minuman berkafein itu.Lalu di satu sudut jalan,langkah oppa terhenti karena oppa melihat ada seorang gadis duduk tertunduk di satu bangku taman, sendirian dan ternyata oppa-pun menyadari dia tanpa alas kaki.
"Annyeong"
" namaku kim minseok"
"Apa kau sedang ada masalah?"
"Mungkin kami bisa membantumu"
" tak jauh dari sini ada kantor polisi,atau..kau mungkin kau mau kesana"
Kalau tak salah,itulah yang oppa katakan saat itu,  hati-hati namun juga penuh perhatian meski tak juga mendapat jawaban
Apa oppa bertanya-tanya kenapa aku bisa tahu itu? Atau sudah mengira kalo memang aku orangnya?
Karena oppa sangat pintar, aku yakin jawabannya nomer dua.
Benar. Akulah dia, si gadis tak beralas kaki. Malam itu aku memang sedang punya masalah di rumah. Saking marahnya, aku pergi dengan tergesa, di pikiranku hanya bagaimana aku bisa lari dari itu semua.Tapi saat emosiku mulai aku reda, aku justru kebingungan. Aku tersadar aku  tak punya tempat untuk pergi sementara rumah penuh ketidaknyamanan di belakang adalah satu-satunya tempatku pulang.Terdengar agak drama,tapi bukankah itu terkadang bisa menimpa siapapun
Saat oppa menyapa, sungguh aku sangat terkejut, tak menyangka jika orang yang menaruh perhatian itu adalah  oppa meski yang kutahu saat itu tentang oppa hanya dari bagaimana bersemangatnya teman-teman dikelasku saat membicarakan grup oppa yang sangat terkenal.Dan sebelumnya aku menyukai oppa sekedar ikut-ikutan tapi setelah apa yang sudah oppa lakukan aku akan selalu mengingat oppa meski aku tak lagi menjadi seorang fangirl karena usia atau kesibukan yang harus aku lakukan sebagai orang dewasa.Bekerja, bersosialisasi,mencari pasangan,menikah,mengurus anak.Kadang sempat terpikir apa aku bisa melakukan itu semua.Terlebih menjadi  orang dewasa yang bertanggungjawab dan juga baik bagi orang lain seperti oppa.

Tapi sekarang yang penting aku senang bisa mengenal oppa,oppa yang masih menjadi milikku dan fangirl lainnya.Kuanggap itu sebuah keberuntungan yang seharusnya selalu kusambut dengan bahagia.Dan kalaupun oppa nantinya bertemu dengan seorang unnie, aku berdoa dia juga akan sebaik oppa, tapi aku juga berharap tidak dalam waktu dekat,iya'kan,oppa?
...ehm,
Sepertinya tak ada lagi  yang bisa kutulis lagi untuk hari ini.Terlebih ada banyak PR yang harus aku kerjakan.
Sekian dulu oppa.

Tertanda sayang

Park hyerin

Vi's note :
Mungkin rada gaje, sengaja dikebut buat bias  yang lagi ultah.