I write my life

I write my life,my imajination,my world

Selasa, 31 Maret 2015

[FF]to the beautiful you 12 ~~you come to my sadness moment~~


 Disclaimer: dari awal saya tegaskan bahwa nama,karakter,dan gambar bukan milik saya,melainkan saya pinjam demi mendukung cerita yang murni rekayasa__ingat cuma REKAYASA!!!___

lumin part again




luxiu
 
    tengah malam sudah berlalu hampir  tiga jam yang lalu,Minseok sudah melakukan banyak hal untuk membuat matanya mengantuk.Mandi air hangat,menghabiskan segelas susu,dan memakai piyamanya yang paling nyaman,namun kesemuanya itu tak membuahkan hasil.Padahal biasanya dia bisa dengan mudahnya segera terlelap tanpa semua ritual itu.
  Benar, sosok namja yang tadi ditemuinya yang telah membuat semua pikirannya tersita.sosok yang semula dia kira baru dia jumpai beberapa bulan lalu ternyata sudah dia kenal sejak tiga tahun lalu.jika tak salah namanya Luhan.Xiao Luhan,yang secara kebetulan memiliki marga yang sama dengan dua orang yang sangat dia kagumi.
  Saat ini mungkin dia memiliki banyak teman dari berbagai kebangsaan.Bukan teman yang semata dia kenal lewat sosial media tapi dia kenal di dunia nyata,beberapa dia kenal disekolahnya yang rutin melakukan kegiatan pertukaran pelajar,beberapa lagi dia kenal lewat festival musik klasik kelas internasional dimana neneknya sering mengikutkannya.
tumblr_n8aqo9vAwl1s63gs8o1_500-horz
 
 Sama seperti saat pertama mengenal Asley dan Hime.cara Minseok mengenal Luhanpun bukan lewat pertemanan biasa disekolah ataupun di festival musik.Baik Asley,Hime,ataupun Luhan seolah datang untuknya disaat dia benar-benar membutuhkan seorang teman.Dan seperti yang dikatakan Luhan tadi,dia memang teman atau mungkin sahabat internasional pertama yang dimiliki Minseok dan pernah Minseok utarakan langsung pada Luhan.Seseorang yang menemaninya melewati pengalaman pertamanya lepas dari lingkaran neneknya yang membelenggunya selama ini.
Matanya segera tertuju pada rubik yang mengintip disela buku-buku di meja belajar.Apapun yang ditinggalkan namja itu padanya dia masih menyimpannya.Tak peduli apa yang orang lain pikirkan tentangnya,cuma dialah yang tahu apa yang sebenarnya terjadi waktu itu.   
  “…tapi bagaimana mungkin dia Luhan yang itu?” Minseok masih sulit menerima kenyataan yang ada.
.
.
.
      
…terminal keberangkatan mancanegara bandara internasional incheon.3 tahun lalu….
   Dalam kesibukan lalu lalang orang yang hendak bepergian di bandara tampak sebuah keluarga yang juga sedang bersiap melakukan sebuah perjalanan lewat udara.

image3
    “Unnie..”
  “ Tao-ah..cuaca disana akan sangat berbeda dengan disini,jadi pastikan kau selalu memakai sunblock yang sudah kutaruh dikopermu..pokoknya semua yang kau butuhkan disana sudah ada didalamnya” Minseok merapikan lagi syal warna tosca yang dipakai asal oleh adiknya yang tumbuh lebih menjulang darinya.
   “Tapi Unnie..kau tau’kan sehun itu sangat usil,dia pasti akan makin keterlaluan padaku jika unnie tak ada.”
“bukankah sudah ada baekhyun,sehun pasti takkan berani mengganggumu,terlebih ada han samchon dan juyeong imo”.melihat mata adiknya yang makin menyendu buru-buru minseok menambahkan.”Hanya sekali ini,tao-ah…aku janji setelah ini kita akan pergi bersama!”tegasnya 
   “semua sudah siap’kan?” seorang namja tinggi selaku pimpinan rombongan kecil itu memastikan sebelum mereka naik pesawat.
  “nde,seungjae samchon,aku titip adikku ya disana”
  “Bukannya  kau juga ikut,minseoki?”
  “Apa noona nggak akan ikut kita ke bali?” tanya Kai tiba-tiba hadir diantara mereka.
“Aniyo,aku ada kegiatan sendiri disini,samchon,kai”
“kegiatan?”
“unnie mau ketemu idolanya yang lagi ngadain konser karena sampe sekarang unnie belum pernah bertemu mereka dan sekarang unnie baru dapat kesempatan itu” Tao buru-buru membantu menerangkan.
“Ah,para namja bermake-up tebal itu,aku tak habis pikir kenapa anak-anak sekarang bisa menyukai mere…”
“Yeobo..kita harus segera naik pesawat kenapa kau malah ngomong hal tak berguna”….sadar dia mendapat lirikan tajam dari istri dan putrinya yang notabene seorang fangirl,dia tak mau liburan keluarga itu berubah buruk karena dua orang itu ngambek padanya.
“Kau bersama siapa kesana,minseoki?” giliran ibu baekhyun lembut tertanya.
“aku akan bertemu temanku disana ,imo”
“baiklah,tapi kau juga harus jaga diri baik-baik,arraseo?"
Minseokpun mengangguk pasti.
“kita harus segera berangkat,kau juga selamat bersenang –senang disana,minseoki” Minseok tersenyum saat ayah baekhyun mengacak-acak rambutnya dengan sayang.
Minseok melambaikan tangan tanda selamat jalan pada keluarga Baekhyun yang sebetulnya masih ada hubungan darah,neneknya adalah sepupu dari kakek baekhyun dari pihak ibunya.Hubungan keluarga yang sudah  sangat jauh sebenarnya,tapi karena para ibu dari Minseok,Tao,Baekhyun,dan juga adik perempuan ayah baekhyun sahabat baik semasa SMA.Merekapun pernah berjanii untuk meneruskan keakraban mereka sampai  ke anak-anaknya meski ibu Minseok dan Tao sudah meninggal.Setiap keluarga Baekhyun hendak melakukan liburan di waktu senggang sang ayah sebagai dokter bedah sekaligus relawan sebuah organisasi internasional,ayahnya selalu menawarkan mereka untuk ikut.
  Dan ketika mereka diajak liburan ke bali,Minseok tak menyia-nyiakan kesempatan itu.Meski dia sempat menolak saat pertama kali Tao mengajaknya,Minseok merasa bisa memanfaatkannya untuk mendapat izin keluar rumah dari neneknya.
.
.
   “Halmonie,aku dan Tao akan ikut liburan bersama seungjae samchon” Minseok mendatangi neneknya di ruang kerjanya.
“mau kemana lagi mereka?” tanyanya masih saja sibuk dengan dokumen-dokumen kerjanya.
“mereka sekeluarga mau ke Bali,adiknya baru saja membuka resort disana!…kami akan berangkat kamis malam dan akan pulang minggu sore,halmonie” Minseok sempat tak yakin dia akan mendapat izin itu dengan mudah,tapi biasanya juga jika neneknya tak mengizinkan saat Tao ataupun dirinya berkeinginan ikut,ayah baekhyun akan turun langsung memintakan izin dan akan membuat neneknya merasa sungkan untuk menolaknya.
  Tapi melihat neneknya dengan cepat beranjak dari meja kerjanya,kembali mengejar waktu untuk pekerjaan lainnya lagi.Suatu hal yang tak aneh bagi seseorang yang punya kepemilikan atas tanah dan properti di pusat –pusat bisnis penting yang tersebar di korea dan juga pemilik saham yang terus bertumbuh di banyak perusahaan besar berbagai bidang.Minseok sempat hampir putus aja karena harus melewatkan kesempatan berharga itu.Namun kemudian dia melihat sekretaris neneknya kembali lagi kepadanya.
“Minseok-ah,selamat bersenang-senang disana,biar nanti aku hubungi pihak sekolah dan guru-gurumu,nde!?” keduanyapun lalu sama-sama tersenyum senang.
.
.
  Minseok menatap burung besi itu mengangkasa di langit malam lewat jendela kaca super besar bandara dengan perasaan yang bercampuraduk.dia gugup sekaligus senang.Dia merasa bersalah namun diapun tak sepenuhnya berbohong,dia memang pergi bersama Tao meski hanya  sampai di bandara,setelahnya mereka berpisah dan pergi ke tujuan masing-masing,dan tempat tujuan Minseok masih harus ditunggunya dua malam lagi.Menemukan dirinya berdiri sendirian diantara lalu lalang orang dengan ransel dan tarikan koper ke tempat tujuan pasti mereka,mendadak rasa sepi itu datang dengan mudahnya.

IMG_9915
  “Malam ini aku harus kemana? hotel!aku tak boleh melakukan transaksi keuangan apapun dengan kartuku yang bisa diketahui halmonie.Sauna?!ini kesempatanku untuk mencoba seperti apa tempat itu  dan sepertinya harganya akan sesuai dengan uang tunai yang kubawa,seperti yang chen katakan.Chen!!aku harus menghubunginya,tapi ini sudah malam sekali,mungkin baiknya baru besok aku hubungi”
  Meski sejak awal Minseok luarnya bersikap setenang mungkin demi menghindari dirinya jadi korban kejahatan,tapi di dalam benaknya terus ada obrolan satu arah tanpa henti.
  Namun tiba-tiba langkah Minseok terhenti saat menemukan sebuah banner sangat besar,memanjang dengan bagian atas hampir menyentuh langit-langit bandara, masing-masing banner merupakan foto member boyband favoritnya sebagai bintang iklan brand pakaian kenamaan untuk edisi khusus musim dingin yang akan segera tiba.Mata Minseok tertuju pada foto satu sosok yang bergaya kasual dengan kedua tangannya masuk ke saku mantel hitam panjang yang sangat stylist sementara sebagian wajahnya tersembunyi dibalik kerah tinggi mantel itu.Minseok kini berpikir kenapa foto itu masih terpasang disana sementara orangnya sendiri sudah memutuskan pergi,entah ini karena  berkaitan dengan kontrak yang masih berlaku ataukah memang belum sempat diturunkan.
“bahkan aku belum melihatmu secara langsung,tapi sekarang kau sudah pergi,han oppa” gumamnya.
  Entah berapa lama dia mendongak menatap banner itu dan orang lain mungkin menganggapnya aneh,Minseok berhasil memergoki satu orang yang sedang menatap ke arahnya,seseorang yang tampaknya masih seusia dirinya,dia sempat agak salah tingkah saat mereka saling bertemu pandang,lalu matanya ikut tertuju pula pada banner yang tadi Minseok tatap dan kembali melihat kearahnya sejenak sebelum akhirnya berjalan pergi tapi Minseok justru tak bisa lepas menatap sosok itu,menyadari jika dia berjalan dengan sepatu sebelah saja .  
.
.
.
.
  Luhan mulai berpikir tentang banyak hal setelah dia  memutuskan kabur dari rumah hingga dia akhirnya terduduk lelah dan kebingungan di deretan bangku tunggu bandara Incheon.Dia sadar perjalanannya untuk bertemunya gege-gegenya di korea takkan mudah,tapi siapa yang menyangka ini malah menjadi seperti malapetaka baginya.Di tengah rasa putus asa yang mulai menggelayuti,Luhanpun mulai mempercayai yang dikatakan teman-temannya tentangnya.Mungkin benar dia adalah pembawa keberuntungan bagi keluarganya,hanya jika dia berada diantara keluarganya.Dan ketika dia telah jauh dari lingkup itu semuanya segera berbalik.Kesialan beruntun dengan cepat mendatanginya.Ini bukan sekedar ungkapan yang dilebih-lebihkan karena demikian kenyataan yang menimpa Luhan
   Bermula sekitar tiga jam lalu saat dia mulai duduk di kursi penumpang pesawat dengan perasaan gelisah luar biasa.beruntung ada sepasang kakek nenek yang sangat baik duduk di sebelahnya mengerti keadaannya dan mencoba membantu dengan terus-menerus mengajaknya ngobrol untuk bisa mengabaikan fobianya itu.Namun saat pesawat berada diatas lautan,mendadak turbulensi terjadi,membuat goncangan keras didalam pesawat,dia sempat dikira penderita kelainan psikotik oleh para awak pesawat.Kepanikannya yang berlebihan ditakutkan menulari penumpang lain padahal itu hal yang biasa terjadi di dunia penerbangan,tapi bagi Luhan bayangan pesawat akan jatuh dan dirinya akan tenggelam dan hilang di lautan dalam terlalu nyata muncul di pelupuk matanya.
  Namun semua kejadian memalukannya di pesawat belum cukup disebut malapetaka baginya.Selepas turun dari pesawat dan berpisah dengan pasangan kakek nenek itu, yang mengingatkan sosok neneknya sendiri dirumah dan juga kakek yang tak pernah sempat dia lihat,dia harus mengalami kejadian yang lebih buruk.
   Saat  ternyata  dirinya harus keluar di pintu kedatangan yang sama dengan para member boyband terkenal yang baru kembali dari tur dunia dengan ribuan penggemar berat yang hampir semuanya perempuan sedang menunggu mereka meski hari sudah hampir tengah malam.
  Luhan yang hendak menghubungi keluarganya perihal keberadaannya begitu keluar dari pintu kedatangan tak menduga akan terjebak pada kerumunan manusia yang saling berebut untuk mendekat pada masing-masing member boyband yang dijaga ketat para manager mereka dan juga dibantu security bandara.
   Hpnya bahkan terjatuh namun Luhan yang bingung tak berdaya terjebak dan ikut terbawa arus para yeoja yang seperti tak kenal kata menyerah untuk bisa menyentuh ataupun sekedar mendapatkan foto mereka lebih dekat, tak peduli keselamatannya sendiri apalagi pengunjung bandara lain.Saking ngotot satu sama lain,aksi saling dorongpun tak terhindarkan,baik oleh manager ataupun sesama penggemar.Luhanpun bahkan sampai ikut terjatuh bersama beberapa remaja penggemar artis itu dan membuat sebelah sepatunya hilang dalam kerumunan itu.
  “Han-ge! kenapa penggemar-penggemarmu menakutkan sekali” keluh Luhan setelah berhasil lolos dari kerumunan yang seakan menjurus pada kerusuhan itu.Hp maupun sepatu sebelahnya tak bisa dia temukan,bentuk kemalangan lain lagi baginya.
    Luhan juga akhirnya tahu jika para artis itu ternyata teman satu grup dengan gege-nya,atau lebih tepatnya mantan,karena dia mendengar beberapa penggemar yang terus-menerus memanggil  dan mencari gege-nya hingga frustasi meski mereka harusnya tahu jika orang yang mereka cari itu tak ada dalam rombongan itu.Apalagi kemudian dia melihat banner besar yang memuat foto gegenya yang ada di salah satu sudut bandara luas itu.Luhan segera menyadari jika gege-nya telah menjadi orang terkenal dan berarti impiannya telah terwujud,lalu kenapa dia mendengar soal han gegenya memilih untuk keluar dari grupnya.
    Luhan memang teramat jarang berkomunikasi dengan kedua gegenya itu,mereka terlalu sibuk menjadi artis dan trainee,sementara dirinya sibuk dengan sekolah dan hobi olahraganya.Tapi jika benar gegenya tak lagi ada di korea,hilang sudah kesempatannya untuk bertemu.diapun tak tahu dimana keberadaan agensi kedua gegenya itu,dimana setidaknya dia akan  bisa bertemu gegenya satu lagi dan memastikan semuanya.tanpa punya alat komunikasi apapun,dia tak lagi bisa menghubungi rumah ataupun keluarga bibinya yang ada di korea.Kini dia seperti sedang tersesat di negeri antah berantah.
  “bahkan aku belum melihatmu secara langsung,tapi sekarang kau sudah pergi,han oppa”
 Luhan kira sedang mendengar kata hatinya sendiri tapi yang segera disadarinya kata-kata itu memakai bahasa korea dan suara itu terlalu halus dari miliknya.Diapun segera menyadari keberadaan seorang remaja perempuan pemilik gumaman itu.
  “Satu lagi fangirl lainnya” batin Luhan.
    Tampaknya gadis itu sudah sangat lama memandangi Banner itu.Tapi mendadak gadis dalam balutan busana musim gugur yang modis itu menoleh padanya seolah menyadari sedang ditatap olehnya,kontan saja Luhan terkejut dan jadi salah tingkah,buru-buru dia pergi karena tak mau disangka orang aneh di negara asing.
       Tak tahu harus kemana,akhirnya Luhan memilih duduk di bangku yang ada dibandara.Jika tak ingat dirinya seorang laki-laki,dia pasti sudah biarkan air di matanya menggenang mengingat semua kemalangan  yang menimpanya.Dia masih limabelas tahun,takkan salah baginya jika dia kembali ke bagian imigrasi mengatakan dia baru saja kehilangan HP yang artinya dia lost contact dengan siapapun di negera asing ini. lalu mereka akan mencari tahu data dirinya di kedutaan besar negaranya dan akan tahu dirinya cuma seorang anak yang sedang kabur dari rumah dan segera memulangkannya.Tapi jika Luhan benar-benar melakukan itu,yang ada dirinya akan jadi bahan tertawaan tak hanya teman satu sekolah tapi juga siapapun yang tahu kisahnya itu.
  Maka dia putuskan apapun yang terjadi dia akan tetap pada tujuannya semula.Dia cuma butuh waktu buat memikirkan langkah selanjutnya.Terlebih Luhan sudah fasih berbahasa korea berkat ibunya, dia juga lahir dan pernah tinggal dua tahun disini.Luhanpun memutuskan untuk menunggu hari berganti pagi dulu.
.
.
.
    Minseok masih tak yakin dengan keputusannya saat dia menyodorkan sepatu sneaker putih yang tadi sempat  dia temukan di satu sudut bandara dan air mineral pada seorang remaja yang duduk sendirian di bangku bandara yang sebenarnya orang asing baginya,raut bingung terpancar jelas di wajahnya,Dialah yang tadi memergokinya saat menatap lekat banner hangeng.Satu hal yang kemudian muncul dipikirannya,dia mungkin hangeng fangirl sama seperti dirinya,tapi benarkah dia fangirl,Minseok ragu melihat tampilan boyish-nya padahal wajahnya tampak cantik.Tapi dia memilih untuk tetap mencoba membantunya.
“apa ini milikmu?gwenchanayo?apa kau juga ikut desak-desakan buat menyambut SU*U oppa pulang” sapanya seramah mungkin,awalnya anak asing itu memasang wajah antisipatif .
   ”Namaku hwang minseok,fans dari han oppa.apa kau juga? kupikir karena sesama penggemar kita harus saling membantu.” lanjutnya sambil tersenyum.
   Sejujurnya Minseok tak pernah mencoba seakrab ini pada orang yang bahkan belum  dikenalnya,namun seperti ada dorongan kuat di dalam dirinya untuk membantunya.Selain melihat keseluruhan penampilan remaja yang tampak kacau itu dan sangat perlu ditolong,Minseok sebenarnya sedang mencoba peruntungannya untuk bisa mendapat teman melewati   malam ini.
“Gomawo”
  Luhan tersenyum menerima sepatunya dan  air mineral dari gadis yang tadi dilihatnya.Awalnya dia masih ragu lalu gadis itu mengenalkan diri dan menegaskan bahwa dia benar fangirl dari gege-nya.Luhan merasa ada secercah harapan yang muncul baginya dan mungkin dia bisa minta sedikit bantuan dari gadis korea ini.
  “Namaku xiao luhan,aku baru datang dari beijing dan aku memang kesini untuk bertemu hangeng dan henry ge,tapi aku bukan termasuk yang berdesak-desakan demi melihat mereka di bandara karena menurutku itu sangat mengganggu orang lain”
  Minseok tersenyum lagi,dia suka jawaban Luhan.”Kau dari beijing?tapi kau bahkan lancar berbahasa korea”
“Ibuku adalah warga negara korea keturunan tiongkok!”terang Luhan.
“ bahkan kau punya marga yang sama dengan mereka..”
“Ya,aku memang beruntung” sambung Luhan,tak ingin Minseok sampai pada satu kesimpulan yang menuju pada kebenaran.Namun justru Minseok sampai pada satu kesimpulan lain.Minseok meyakinkan dirinya bahwa teman barunya itu memang seorang fangirl tanpa mempedulikan sedikitpun tampilan luarnya
  Minseok yang telah paham riwayat keluarga biasnya itu tahu selain dongsaengnya henry,hangeng masih punya seorang namdongsaeng lain tapi dia hampir tak pernah membahas kehidupan keluarganya di beijing karena merasa itu diluar lingkup dunia keartisannya.lagipula rasanya terlalu mustahil jika kebetulan sebaik itu terjadi.Luhanpun tampaknya bisa menebak pikiran Minseok,hal seperti itu memang kerap terjadi padanya.Jadi Luhan memilih membiarkannya untuk sekarang dan mungkin itu lebih baik bagi mereka.
.
.
  “Jadi sebenarnya kau mau ke yansoo (????!) entertainment untuk bertemu mereka?” tanya minseok sambil mencoba membelitkan handuk dikepalanya membentuk sheephead seperti yang dia lihat dipake pengunjung sauna yang lain.Dia terlihat kesulitan jadi Luhan membantunya tapi malah dia ikut membuatkan untuknya.

6a00e54ee18b79883400e54f78cccb8833-800wi
   “Bagus” senyumnya puas melihat hasil karyanya dikepala Luhan.
  Pada Luhan,dia mengatakan keberadaannya di bandara untuk mengantar keluarganya pergi berlibur,sementara dirinya memilih tetap di seoul tanpa pulang ke rumahnya demi menonton konser penutup SU*U.Sejak sapaan pertamanya mereka dengan mudahnya jadi akrab,dan tampaknya Minseok mulai meredam alarm kewaspadaannya pada Luhan yang dia pasang sejak memulai petualangan pertamanya ke dunia luar sendirian.Minseokpun mengajak ke sebuah tempat sauna yang masih ada dalam kawasan bandara untuk bermalam.
  “Nde,aku rasa aku bisa bertemu henry-ge disana”
    Minseok juga membagi informasi jika hangeng benar sudah tak ada lagi dikorea,Namun yang jadi pertanyaan bagi Luhan kenapa gegenya memilih tak pulang ke rumah,hanya karena takut pada ayahnya’kah?mungkin dia bisa menanyakan pada gegenya yang satu lagi jika bertemu nanti.
  “ehm..apakah kau punya acara lain besok?bisakah kau menunjukkanku dimana tempatnya?”
“Aku sebenarnya juga ingin kesana tapi karena aku belum pernah kesana aku tidak tahu pasti arahnya,jadi besok kita cari sama-sama saja,”Minseok sedikit malu untuk mengakuinya.”kau pasti lelah karena penerbanganmu,lebih baik kita istirahat dulu”  ajak Minseok mulai merebahkan dirinya.
  Tapi malam itu mata Luhan sulit sekali dipejamkan,entah karena jetlag ataukah dirinya masih belum terbiasa berada di tempat baru ini,jika boleh jujur dia bahkan merindukan ranjangnya yang nyaman dan keluarganya.Dia lalu memiringkan badannya ke samping, berusaha menyamankan posisi tidurnya tapi tanpa sengaja dia harus bersitatap dengan seraut wajah bulat yang kebetulan juga memiringkan badan ke arahnya.Tapi tak tahu kenapa dia enggan berpaling menatap raut wajah halus dan tenang itu,namun Luhan kemudian melihat kelopak mata Minseok yang masih terpejam bergerak-gerak tak nyaman dan seketika itu membuka,Luhan seketika tergagap oleh pandangan mata tajam yang menatap lurus matanya.
“Apa kau juga tak bisa tidur?” Luhan segera terbebas dari tatapan yang terasa menguncinya itu saat Minseok beranjak bangun lagi.
”..mungkin lebih baik kita bisa bermain kartu dulu sebelum tidur,aku akan mengajarimu cara mainnya” ajaknya saat melihat satu set kartu permainan tradisional korea yang ditinggalkan pemiliknya begitu saja didekat mereka.
    “Boleh,akupun sering diajak bermain mahyong oleh nenekku”
  Malam itu mereka baru bisa tertidur sangat larut usai permainan kartu yang juga dipenuhi canda tawa mereka yang makin bisa mengakrabkan diri.   
.
.
.
.
    “Dasar yeoja tak tahu diri,sudah tahu pengkhianat,kenapa kau masih saja membelanya,kalo kau begitu suka padanya kenapa kau tidak susul saja dia ke negaranya”
“YAA!!kau pikir siapa yang membuat han oppa  memilih pergi, karena fangirl rasis sepertimu,semua kekacauan ini disebabkan orang sepertimu”
   Yeoja pertama bersenyum kecut.”ternyata benar,pengkhianat memang paling cocok dengan yeoja murahan.”
   “YAA!apa katamu!!?”
   Yeoja kedua yang tak terima lantas menjambak rambut lawannya itu dan perkelahian antarfangirl-pun seketika terjadi.
  “sekarang, ulangi lagi!!!!orang sejahat kau tak pantas jadi fans SU*U oppa”
“Kau yang tidak pantas!! masih membela pengkhianat dan dongsaeng dari pengkhianat”
   Setelah sempat  tersesat beberapa kali karena salah naik bis, Minseok dan Luhan akhirnya sampai di gedung Yansoo entertainment tapi mereka malah langsung disuguhi oleh perselisihan antarfangirl ekstrim yang tampaknya masih duduk di bangku SMA yang enggan untuk menghargai satu sama lain dan berakhir dengan aksi saling jambak dan cakar.
    Bahkan Minseok dibuat terperangah oleh yang dilihatnya,tak menyangka hal yang kerap dia lihat di dunia maya,nyata terjadi di depannya,bagaimana mungkin orang-orang yang memiliki status sama,yaitu fangirl dari satu boyband,bisa bersikap seperti telah bermusuhan tujuh turunan.Terlihat seburuk itulah sebuah perbedaan bagi mereka.Benarkah mereka sungguh-sungguh menyukai oppa-oppa mereka itu jika tindakan mereka cuma akan memberi citra buruk bagi oppa-oppa yang mereka sukai .Saat ini Minseok benar-benar tak mengerti dengan jalan pikiran yeoja-yeoja yang masih saja saling menjambak,bahkan teman mereka masing-masing mulai membantu.
  Minseok merasakan tubuhnya bergeser sendiri saat dirinya hampir saja tertabrak yeoja yang masih saja berkelahi tanpa peduli sekitarnya itu.
  “gwenchanayo?”tanya Luhan melepaskan tangannya yang melingkari pinggang dan bahu Minseok.
  “Nde,gomawo” ucap Minseok tahu jika Luhan yang refleks menolongnya.
   Makin lama Minseok ngeri dengan pemandangan itu,untungnya hal itu diketahui pihak keamanan gedung dan memisahkan mereka,tapi bukan itu saja yang mereka lakukan,mereka juga menangkapi orang-orang yang dianggap telah mengganggu kenyamanan di sekitar gedung agensi itu.Minseok lolos dari penangkapan karena Luhan dengan cepat menarik tangannya menjauh dari tempat itu.
    “kenapa?bukankah kau mau melihat Henry oppa?kita bisa jelaskan kalo kita bukan termasuk yang membuat masalah disana!” protes Minseok pada Luhan yang terus membawanya menjauh dari gedung Yansoo Entertainment.Dibanding Luhan,keinginan Minseok untuk melihat Henry sepertinya jauh lebih besar.
  “kita masih bisa melihatnya nanti,lagipula di jam seperti ini kurasa mereka masih ada kegiatan di luar” jawab Luhan,sejak awal dia selalu berusaha tidak membuat Minseok berada dalam masalah.Tapi tampaknya Minseok tak terlalu suka caranya.
  “Luhan! yang kau lihat tadi,tak semua fans SU*U seperti itu” ucap Minseok setelah mereka duduk di sebuah bangku di dekat trotoar.Ada sedikit kesalahpahaman di antara mereka dikarenakan hal tadi.
“Aku tahu,ada banyak fans mereka yang lebih menjadikan seseorang yang mereka suka itu panutan dalam berbuat baik,dan aku sudah menemukan contohnya,..kau salah satunya” jawab Luhan yang membuat perubahan gestur di wajah Minseok.
  “Apa kau tidak lapar?kurasa ini sudah waktunya jam makan siang,aku akan traktir kamu sesuatu yang enak” Luhan mencoba mengalihkan suasana setelah melihat sebuah kedai yang menarik perhatiannya
……
“Luhan! kau ternyata anak orang kaya ya?”
“Eh?!” Luhan yang sedang antusias menunggu pesanannya teralih oleh pertanyaan Minseok.
   Neneknya memang pemilik beberapa perusahaan multinasional di bidang elektronik dan IT yang bahkan punya cabang di beberapa negara setelah kebangkrutan yang katanya pernah terjadi di keluarganya .Sementara ayahnya sedang merintis sebuah bisnis pengamanan eksklusif alias bodyguard yang mulai maju pesat,sementara ibunya yang sekedar mengembangkan hobi dan ilmunya sebagai lulusan sekolah fashion designer,karyanya banyak diminati dan punya beberapa butik yang ternama,jadi benar jika Luhan adalah anak kalangan berada,tapi darimana Minseok tahu soal itu,apakah berita hilangnya dia bahkan sampe ke korea.Disaat Luhan masih bertanya-tanya,pesanan yang dia tunggu-tunggupun tiba di meja mereka.Sedapnya aroma hidangan bulgogi segera menggugah selera perut yang lapar,membuat air liur di mulut terasa mengalir deras.

misc_1411591763_KALBI_E
“bisakah kita memulai memakannya sekarang?” Minseok bahkan tak sabaran sampai melupakan yang ditanyakannya tadi jadi Luhan tak perlu memikirkannya lagi.
“makanlah sepuasnya,kalo masih kurang kita bisa pesen lagi nanti”
“gomawo,temanku yang murah hati” senyum Minseok dengan mulut yang sudah penuh daging.
Luhanpun ikut tersenyum.”sama-sama,kau tahu ibuku bisa membuat yang lebih enak dari ini”
“jeongmalyo?” tanya minseok masih saja menggigiti dagingnya,di rumahnya mungkin Minseok bisa dengan mudah menyuruh menyuruh koki membuat hidangan itu,tapi entah mengapa kali ini makanan itu terasa lebih istimewa.
  “Nde,dulu ketika muda dia pernah kerja di kedai bulgogi milik kerabatnya,jika kau suatu saat berkunjung ke beijing,akan kuminta dia membuatkannya untukmu”
  Kata ibu  membawa sedikit perubahan hati bagi Minseok namun buru-buru mengenyahkan perasaan tak enak itu dan kembali menikmati hidangan bulgogi itu.
   Namun Luhan segera bisa mengerti maksud dari pertanyaan Minseok begitu keluar dari kedai itu,Minseok yang terus saja menahan senyum dan menunjukkan dua gigi kelincinya,berbanding terbalik dengan wajah murung Luhan yang baru saja harus kehilangan sebagian besar uang sakunya untuk membayar makan siang mereka.Luhan tak menyangka harga daging sapi korea akan semahal itu.
   “Jangan khawatir,aku ini orang tahu terimakasih,Unnie pastikan kau takkan mati kelaparan,Luhan” Minseok tak tega melihat wajah murung itu lebih lama.
.
.
.
    “Apa kau sungguh-sungguh tak apa-apa tidak pulang ke rumahmu?” tanya Luhan saat lagi-lagi mereka harus berada di tempat sauna yang lain,dekat gedung Yansoo entertainment untuk bermalam.
   “tentu saja,kenapa kau tanya begitu?” Minseok balik bertanya,tak terlalu suka pertanyaan Luhan.Lalu kembali menggigit makan malamnya dan menatap layar HP-nya lagi.Sejak tadi pagi dia begitu sibuk berkirim pesan kemudian berkali-kali mengeceknya,berharap balasan yang tak kunjung datang.Tanpa Luhan sadari perasaan tak suka menyerangnya melihat perhatian Minseok yang terbagi.
  “Tapi entah kenapa aku merasa kalo kau itu sebenarnya sedang kabur dari rumah demi bisa menonton konser itu?” seketika acara makan dan main Hp Minseok terhenti.”Minseok-ah! aku nggak menyangka kalo bakpaonya seenak ini,kurasa itu karena diberikan olehmu” Luhan menggigit bakpaonya_setelah makan siang mereka yang mewah kini makan malam mereka jauh lebih sederhana dengan sebuah bakpao daging_ sambil tersenyum,mencoba menghindar dari tatapan Minseok yang seketika menajam.
  “Apa kau tahu?justru kaulah yang kelihatannya begitu,buat apa coba kau datang jauh-jauh dari beijing sendirian kesini?” Minseok menuduh balik.
   Luhanpun tersenyum simpul,bahkan kemudian dia malah tertawa.”Mungkin kita harus sama-sama jujur sekarang,benar,aku memang kabur dari rumahku untuk bertemu Henry-ge.Lalu kau sendiri,Minseok-ah? benarkah tebakanku?” tantang Luhan.
  “Ani..keluargaku memang sedang berlibur,kalo kau tak percaya akan kukasih kau foto-fotonya” Minseok segera mencari file dimana dia menyimpan foto-foto yang dikirimkan Tao padanya.
“Tak usah dicari,aku percaya padamu kok” ucap Luhan akhirnya.
  Luhan bukannya bermaksud buruk dengan bertanya begitu,dia cuma merasa khawatir pada Minseok yang  setelah dia diam-diam mengamati,Minseok bukanlah tipe gadis yang bebas kemana saja,terbukti dari sulitnya dia mengenali tempat-tempat di seoul.Diapun tak bisa  membayangkan seandainya mereka tak bertemu,mungkin mereka akan sama-sama kebingungan tapi dalam bayangannya dia lebih khawatir pada Minseok yang perempuan.dia penasaran mungkinkah seseorang yang terus dia kirimi pesan adalah orang yang akan Minseok temui dan konser gege-nya itu cuma sekedar pengalih,mungkin saja seseorang itu bukanlah orang yang baik karena menyuruh gadis seusia Minseok kabur dari rumahnya.
  “Luhan!”panggil Minseok.”Henry oppa..kenapa kau bisa suka dan ingin sekali bertemu dengannya?”

img_7922_zpsd813fc9b
  Sebuah pertanyaan sulit bagi Luhan,bahkan lidahnya terlalu sulit untuk sekedar berbohong dan bilang jika gege-nya itu tampan,jawaban standar dari seorang fans.Membayangkan gege-nya yang masa kecilnya termasuk anak yang sangat hiperaktif dan cenderung nakal,bahkan kadang dia sangat pencemburu padanya soal kasih sayang ibunya.Luhan jadi enggan untuk bilang hal-hal yang begitu.Mungkin akan berbeda yang ditanyakan kakak pertamanya yang lebih bisa mengayomi sebagai kakak.
  “kalo aku…Henry oppa itu semangat hidup bagiku,meski awalnya rasa sukaku padanya karena dia adalah dongsaeng dari Han oppa.tapi sekarang dia adalah orang yang memberi pengaruh besar pada hidupku..” sambung Minseok dengan mata merawang seolah sosok Henry ada di kejauhan.
  “Memang apa yang sudah dia lakukan sampai kau bilang gitu?” Luhan penasaran Minseok sampai tahap apa level kefangirlannya terhadap biasnya yang tak lain juga kakaknya.
  “sebenarnya aku juga bermain piano seperti Henry oppa,bukan hal yang kusenangi awalnya tapi aku harus melakukannya…”
  Luhan mulai bisa mengingatnya,awal gege-nya mulai berkeinginan kuat untuk bisa menguasai alat musik.Semua bersumber dari sebuah rivalitas tak tampak antara dirinya dan saudara sepupunya yang sebaya.Suatu hari Henry pulang sekolah lebih awal karena dirinya ternyata tak masuk dalam tim orkestra yang dibentuk SD-nya untuk sebuah festival  musik antarsekolah,awalnya dia tetap berlatih seperti biasa tapi kemudian dia merasa aneh kenapa cuma dia seorang yang tak diberi penilaian hasil latihan hingga gurunya memberitahu Henry tak lolos bersama dua anak lain dimana yang satu memang tak penah hadir sementara yang satu lagi akan pindah minggu depan,itu artinya cuma dia seorang yang secara sengaja tidak diikutsertakan,dan yang paling buruk menantinya di rumah adalah berita Mino yang baru saja menjuarai sebuah kontes musik berskala nasional dikorea dengan lirik dan aransemen yang ditulisnya sendiri pada hari itu juga,seseorang yang selalu membuatnya panas kuping karena selalu dijadikan bahan perbandingan dengannya oleh ibunya saat dia mulai sulit diatur.Sejak hari itu Henry belajar mati-matian tentang musik,sesuatu yang awalnya cuma sekedar kesenangan menjadi impian dari gegenya itu.
  “..pernah suatu hari aku melihatnya disebuah reality show dan dia bilang,bakat ataupun kerja keras,keduanya punya nilai yang sama untuk membuat orang jadi lebih baik ..dia juga jujur mengakui  sebenarnya bukan orang sangat berbakat dalam musik,dari reality show itu juga aku melihat sangat gigihnya dia berlatih dan beradaptasi dengan lingkungan yang jauh dari kampung halamannya,Henry oppa sempat bilang hyungnya mungkin berperan dalam diterimanya dia sebagai trainee tapi justru itu yang jadi beban sekaligus motivasinya untuk segera menyusul Han oppa…Semangatnya itulah yang selama ini menulariku untuk berbuat lebih dihidupku sendiri.Sampai kapanpun aku mungkin tak bisa menjadi sebaik fangirl-nya yang lain,tapi yang kutahu sekarang Henry oppa sedang ada di situasi sulit,karena itulah aku ingin datang di debutnya dan memberinya semangat..”
   Untuk sesaat Luhan tertegun kagum oleh penyampaian perasaan Minseok.Dia baru tahu jika keberadaan dan apa yang dilakukan seseorang bisa memberi pengaruh besar bagi orang lain yang bahkan tak ada hubungan sama sekali.
  “haha..aku ini memang kadang agak berlebihan orangnya.” Minseok kemudian merasa malu dengan ucapannya sendiri.”Kau sendiri tak punyakah alasan khusus kenapa menyukainya?”
Sebagai seorang kakak,Henry mungkin kurang memenuhi syarat itu oleh sikap kekanakan yang melebihi dirinya tapi sebagai saudara laki-laki dia mungkin sahabat terbaik Luhan,dia selalu ada untuk jadi partnernya dalam bermain sepakbola ataupun di segala macam bentuk kenakalan yang biasa dilakukan anak laki-laki di masa kecilnya,itulah selalu yang Luhan dirindukan dari gegenya itu setelah dia pergi tiga tahun lalu.
“Luhan!” panggil Minseok mengembalikannya dari lamunannya.
“ Mungkin karena dia sangat imut” jawab Luhan sekenanya dan membuat lidahnya terasa sangat gatal karena sudah mengucapkan hal seaneh itu.

tumblr_static_ptbefq6amv44o4gg0wowwgcc
“kau tahu,Luhan?…menurutku kau bahkan lebih imut darinya” ucap Minseok sambil tersenyum,ingin sedikit menggodanya
  Biasanya Luhan pasti akan langsung tak terima jika seseorang berani mengucapkan hal semacam itu padanya tapi entah kenapa saat ini dia seperti sulit untuk membantah pemilik senyuman yang menurutnya juga sangat manis itu,yang mulai beranjak tidur.
………..
  “Min!..Minseok-ah!” panggil Luhan pelan,tapi yang dipanggilnya tampaknya sudah sangat terlelap. Setelah sebelumnya tampak selalu terbaring gelisah,menandakan bahwa sebenarnya dirinya tak terbiasa tidur di tempat seperti ini atau mungkin juga karena kelelahan seharian mereka berjalan-jalan.
   Sudah pukul setengah satu malam,setelah sejenak tertidur,Luhan terbangun setengah jam yang lalu dan sulit untuk memejamkan mata lagi.Diapun beranjak bangun.Berganti baju milik sauna dengan miliknya sendiri,kemudian keluar dari tempat sauna itu.Udara dingin musim gugur langsung menyapanya saat melangkah menuju Yansoo entertainment.
  “Dengar tuan,aku cuma ingin bertemu sebentar Henry gege,aku ini sungguhan adiknya dan jauh-jauh dari beijing untuk mengunjunginya.Kalo tak percaya coba lihat pasporku ini,aku punya marga yang sama dengannya,kau boleh membawanya sebagai jaminan asal aku bisa dipertemukan dengannya..” Luhan telah meminta izin bahkan sampai mengiba pada penjaga gedung tapi tak juga berhasil.
  “maaf itu tetap tak bisa” penjaga gedung itu sangat antisipatif terhadap segala kemungkinan tentang fans yang berbahaya bagi artis mereka.”..tapi..akan beda jika kau mau berminat ikut audisi agensi ini,kurasa kau akan lolos mudah dan nantinya akan mudah saja kau melihatnya setiap hari” tawarnya.
  Luhanpun memilih menyerah,tak mau mendengarkan untuk kesekian kali tawaran yang baginya sangat tak menarik itu.Saat dirinya duduk sebentar  dibangku semen yang juga difungsikan sebagai tempat tanaman di sisi dalam trotoar sebelum kembali ke tempat sauna,seseorang dengan jaket hitam bertudung menghampirinya dan menyuruh luhan mengikutinya.Baru ketika mereka sampai di tempat gelap dan sepi,dia buka tudung jaketnya.
  “gege!” Luhan berseru senang,setelah semua kemalangan yang  didapatnya,akhirnya keinginannya bisa terwujud.
  PLETAK..
  Namun Luhan malah  mendapat pukulan di kepala yang seketika membuatnya mengaduh.
   “Kenapa?”
  “Sedang apa kau disini?”
  “Aku…ingin menjenguk gege.Bukankah sejak pergi tiga tahun lalu belum sekalipun gege balik ke rumah,makanya aku kesini”
  “apa ayah ibu juga kesini?” tanyanya  pelan.
“Tidak” jawaban Luhan menghadirkan semburat kelegaan di wajah Henry.
“Lalu kau…bagaimana bisa sampai kesini?”
“Naik pesawat tentu saja,kau pikir aku naik apa?”
  “’kau!! naik pesawat!?sendiri!?” ekspresi Henry seolah Luhan terbang sendiri menyeberangi laut,sesuatu yang sangat mustahil terjadi.”oh,sudah tiga tahun tak bertemu dan sekarang kau sudah tidak punya fobia lagi rupanya” puji Henry.
  “Katanya gege akan segera debut dan kudengar juga dari nenek kau tidak ingin ayah ibu datang?kenapa?”
Henry terdiam dan bersandar pada pagar tembok didekatnya
“Apa ini ada hubungannya dengan Han-ge? apa dia benar-benar sudah memutuskan kontrak artisnya? lalu kemana dia sekarang?”
“Jadi dia tidak pulang ke rumah?” Henry balik bertanya cepat.
    Luhan menggeleng.”gege tahu Han-ge dimana?
Tanpa sadar Henry menggigit kuku jempolnya.”sepertinya dia memang benar-benar ingin membuktikan janjinya”
  “janji?!”
“Yang dia katakan waktu meninggalkan rumah”
  Luhanpun mengingatnya,bahwa gege tak akan pulang sampai dia berhasil mewujudkan mimpinya,menjadi seorang aktor.
  “…tapi gara-gara itu katanya gege dapat masalah dan banyak penggemar dari grupnya Han-ge minta gege mundur dari debut?” tanyanya pelan,berhati-hati.
“dari mana kau tahu soal itu?” Henry penasaran darimana Luhan yang lebih peduli soal teknik serangan dalam sepakbola bisa tahu soal masalah dirinya.
“Bukankah disini berita itu sedang marak?!” padahal sumber sebenarnya adalah Minseok
Henry menghela nafasnya.” mungkin ini tampaknya memang  masalah yang berat bagiku,tapi kenyataannya ada banyak trainee lain yang masih perlu mencoba sangat keras dan lama untuk bisa berdiri di tempatku sekarang.Itulah juga kenapa aku tak bisa mengajak ibu dan ayah ke konser itu..karena itu bukan hasil dari pencapaianku,itu hanya awal bagiku..”
“..lalu kenapa Han gege harus memilih pergi dari jalan yang menuju mimpinya itu? dia bahkan dianggap pengkhianat oleh orang yang pernah menyukainya” Luhan tak bisa menahan tanyanya yang satu ini,mengingat yang terjadi tadi siang.
Sekali lagi Henry menghela nafas.”entahlah,yang kutahu tanggungjawab yang diembannya selama ini tidaklah ringan..Biar gimanapun tempat kami berada adalah sebuah industri dimana perasaan personal akan lebih banyak dikesampingkan,karena itulah Han gege memilih mengambil sikap sendiri..hubungan kami,juga han gege dengan membernya yang lainpun sebenarnya tak seburuk yang banyak pihak kira saat Han gege memutuskan itu..”
“Apa gege marah atas keputusannya?”
“Apa aku berhak marah pada keinginan hati orang lain?”Henry memasukkan kedua tangan ke saku jaketnya,meredam dingin yang mulai terasa dibadannya.”toh gege-lah yang selama ini banyak membantuku disini”
“Kalo begitu biar aku yang mewakili keluarga kita di konser gege nanti tapi bisakah berikan aku dua tiket soalnya aku sudah kehabisan bekal disini” pinta Luhan,mencoba meredam suasana sendu diantara mereka dan tak lupa memasang senyumnya,tapi lagi-lagi dia mendapat tamparan di kepala belakangnya.
“Kau pikir aku mau ditonton oleh orang tidak punya minat sepertimu,lalu kenapa kau sampai bisa kehabisan bekal disini?bukankah kau menginap di rumah Hae in imo?”
“Sebenarnya aku ke korea ibu tidak tahu,aku menginap ditempat sauna sana karena waktu di bandara kemarin aku kehilangan Hp dan tadi siang aku sepertinya ditipu penjual daging sapi,tidakkah gege kasihan pada adikmu ini?”
   “Henry-ah!”
Jika bukan karena namanya dipanggil teman-temannya,Henry pasti sudah memberi pukulan ketiganya,bahkan kali ini Luhan yang sudah paham telah siap-siap menangkis.Mereka baru  pulang dari minimarket 24 jam untuk makan mie,sekedar pengganjal perut di malam mereka masih harus berlatih untuk mematangkan koreografi untuk konser debut mereka besok.Memanfaatkan waktu istirahat,Henry tadinya akan makan bersama mereka tapi batal karena saat keluar dia melihat sosok adiknya itu.
  “Kau tunggu disini” Henry segera berlari ke empat temannya yang berdiri duapuluh meter dari mereka.Tak lama dia kembali  lagi.”ini alamat dan nomor telepon rumah Hae in imo,besok kau hubungi mereka dan minta mereka menjemputmu!” Henry menyerahkan secarik kertas berikut beberapa lembar won.
  “apa kau sudah makan?mau roti?” tawar Henry  menyodorkan satu bungkus roti yang dia dapat dari temannya sementara yang satu sudah dikunyah cepat olehnya.
    Luhanpun menggeleng.”Aku sudah makan malam tadi” tolaknya.
  “Aku tidak bisa berlama-lama,aku harus balik berlatih.Disitu!dilantai yang masih menyala lampunya!aku biasa berlatih disana!”tunjuknya pada lantai dua gedung.
  “gege!” panggil Luhan lagi saat Henry sudah akan beranjak.”Boleh aku minta tolong sekali lagi..di tempat sauna aku dapat teman yang ternyata fans gege..bisakah besok gege berdiri  di jendela itu dan menyapanya sebentar,nanti kami akan berdiri di situ!” pinta Luhan menunjuk satu sudut.
Tampak ragu sejenak,Henry kemudian mengangguk setuju.”Baiklah,akan kuusahakan,kira-kira jam 9 aku sudah akan berangkat ke tempat konser,sudah ya”
Luhan memandang gegenya yang berlari menyongsong teman-temannya.Tampak gegenya menikmati mie yang tadi dibawakan temannya sambil berjalan tergesa.Luhan tak menyangka gege yang dulu dia tahu sangat manja bisa jadi sosok sepekerja keras itu dan melihat keakrabannya dengan teman-temannya,sepertinya gegenya tak menemukan kesulitan bersosialisasi di tempat tinggalnya kini.
…..
    “Minseok-ah!”
   Luhan menemukan Minseok tengah berdiri didepan tempat sauna ketika dia kembali.dinginnya malam di musim gugur membuat kabut berhembus dari helaan nafasnya.pipinya yang putih telah sempurna memerah seperti warna syal panjang di lehernya.Saat namanya dipanggil dan kemudian mata mereka bertemu.Seketika itu Minseok berlari ke arahnya,saking tergesanya dia hampir saja jatuh tersandung sepatunya sendiri.Luhan bahkan merasa seperti terkena serangan jantung ringan saking kaget melihatnya.
“kau darimana?” seru Minseok di hadapannya.
“Aku dari…”
Tapi ucapan Luhan langsung terpotong oleh Minseok lagi.” kau tahu ku pikir kau diculik orang..”
  kontan Luhan tertawa mendengarnya.”mana mungkin hal itu terjadi..”’
“ku kira kau pergi karena marah padaku soal tadi tapi tasmu masih tertinggal..” terlihat tas Luhan tersampir di bahu Minseok sementara di belakang tersampir ranselnya sendiri.Diapun segera mengambilalih miliknya.
  “Tadi aku terbangun jadi aku  putusin buat jalan-jalan di sekitaran agensi itu”Luhan segera menerangkan,tak ingin Minseok merasa menyesal ataupun salah sangka terhadapnya.
  “Nah..tuh’kan sekarang kelihatan siapa kamu sebenarnya,jangan-jangan kau itu sasaeng yang mau mengambil foto tidak pantas oppa-oppa ..Hatchii”
“kau kedinginan.ayo kita kembali” ajak Luhan menyadari jika Minseok tengah sangat kedinginan.
“aku sudah tidak mengantuk lagi.” Minseok masih saja menjejakkan kakinya.
“Kalo begitu kita cari sesuatu yang hangat saja!” Luhan lagi-lagi menarik tangannya yang seketika terasa sangat dingin oleh luhan,berpikir seberapa lama tadi Minseok mencarinya diluar,membawanya masuk ke sebuah coffe shop yang buka 24 jam
  “Kau suka kopi?” tanya Luhan saat melangkah masuk.
“Suka sekali” Minseok memang penggemar minuman yang selalu setia menemani waktu-waktu belajarnya.Hampir mirip dengan Luhan yang telah akrab dengan minuman itu sebagai teman begadang nonton pertandingan liga eropa bersama ayahnya.
“pesankanku kopi yang paling enak,aku mau kesana sebentar!”
“kemana?” tanya Minseok tak terjawab karena Luhan sudah berlari jauh.Terlebih dia lebih nyaman berada di dalam coffe shop yang hangat.Udara yang makin dingin tak bisa dihalau badannya meski sudah dilapisi sweater,coat tebal,dan syal merah yang melingkar dilehernya.
  dua cangkir ekspresso sudah ada di meja bundar di hadapan Minseok,dia cemas kopi itu akan segera dingin karena Luhan belum juga datang,tapi kemudian dia melihat Luhan berlari dari dinding coffe shop yang hampir seluruhnya berupa kaca.
“kau darimana?”
“Aku dari membeli sesuatu”
Minseok tak terlalu memperhatikan jawaban Luhan karena terlanjur tak sabar menikmati kopinya,mencari kehangatan dari permukaan cangkir yang Minseok pegang dengan kedua tangan,diapun menghirup aroma dan uap panas kopi itu.
“di beijing apa yang suka kau lakukan,Luhan-ah?” tanya Minseok usai tegukan pertama kopinya.Dia merasa dia belum tahu sepenuhnya tentang temannya itu,sementara dia sudah bercerita sangat banyak tentang dirinya.
Luhan yang sedang meneguk kopinyapun berpikir sejenak.”Aku suka sekali bermain sepakbola…”Akunya jujur.”..kapanpun ..akan sangat menyenangkan bisa bermain bola”
“kalo begitu kau pasti pemain yang hebat,Luhan-ah” balas Minseok yang serius menyimak cerita awal Luhan.
“Mungkin..tadinya!”
“tadinya?”
“karena aku baru saja dikeluarkan dari klub sepakbola di  sekolahku”

alphabet-cool-life-lol-paper-Favim.com-309517
“Kenapa?” wajah Minseok tampak serius menunjukkan simpati,tapi tampak lucu di mata Luhan.
“..mungkin karena aku dianggap tak cukup bisa bekerjasama dengan anggota tim yang lain”
“aneh sekali?” balas Minseok lagi
“Ehm???”muka keheranan Luhan tunjukkan usai kembali meneguk kopinya.
“..karena menurutku kau tidak tampak seperti orang yang egois,yah,walaupun aku baru sebentar mengenalmu.”
“kau baik sekali bilang begitu” balasnya tersipu meski sudah berusaha menutupi rasa malunya mendapat pujian dari Minseok.
“mungkin benar, kita perlu sama-sama jujur sekarang,jadi itukah alasan kenapa kamu kabur kesini?”
Luhan terdiam untuk beberapa saat.”.. ternyata kau pintar sekali menebak” luhan tersenyum.
“lalu apa kau akan berhenti bermain sepakbola?”
“kurasa tidak,aku akan mencobanya lain waktu,mungkin di tempat yang lain dan menurutku sangat pengecut jika harus menyerah terhadap sesuatu yang kita sukai”
“kau benar,dan sayang sekali ya,andai saja aku namja,aku pasti akan menyenangkan sekali bisa bermain sepakbola denganmu”
Ada sentakan halus yang mengenai batin Luhan oleh ucapan Minseok,yeoja di hadapannya itu sudah tahu.Dan memang benar,sekarang Minseok telah sepenuhnya sadar,mungkin Minseok termasuk jenis orang yang introvert tapi sebenarnya dia juga gadis yang cerdas,bodoh sekali jika sampai tak tahu siapa sebenarnya orang yang telah bersamanya dua hari ini.Dia tinggal mengubah sangkaan dan keraguannya dengan kenyataan yang tampak dimatanya.Melihat penampilan dan sikap Luhan,terlebih sikap protektif Luhan padanya,Minseok sampai pada kesimpulan itu .Melihat senyum Minseok,Luhanpun ikut tersenyum.
  “ya,kita banyak kecocokan,kurasa kita akan bisa melakukan banyak hal bersama-sama,sampai orang mungkin salah sangka tentang hubungan kita” Luhan tertawa membayangkannya.Minseokpun ikut tertawa,setuju pada pemikiran Luhan.
“Aku juga senang sekali punya teman internasional pertama sepertimu.Lalu apa kau kecewa malah bertemu dengan versi diriku yang sekarang?”Sebuah pertanyaan dengan niat menjebak dilontarkan Minseok,ingin melihat ekspresi Luhan yang kebingungan saat menjawabnya.
“Ehm..sedikit,tapi mendingan daripada tidak sama sekali’kan?” balas Luhan berhasil menyerang balik,membuat  Minseok seketika cemberut. “sekarang giliran kamu yang harus bercerita?”
“cerita apalagi?bukankah aku sudah cerita banyak padamu?”
“Ceritakan saja lagi,siapa tahu ada yang terlewat.tadi kau yang bilang’kan tak mau tidur dan kita harus menunggu pagi disini” ucapan Luhan makin membuat Minseok sebal.”Biar ku bantu memulainya,kau pernah bilang bermain piano,lagu apa yang paling kau suka mainkan?”ucap Luhan sambil menyandarkan punggung di penyangga kursi kayunya,dia masukkan tangannya ke saku jaket,terasa oleh jarinya kertas pemberian gegenya.
"mungkin aku akan kesana setelah Minseok menonton konser itu” putus Luhan dalam hati.
“aku….”Minseok tampak berpikir sejenak.”..membuat versi piano lagu-lagu SU*U tentu saja” jawaban tipikal seorang fangirl.
Dan kemudian waktu seperti mengalir begitu saja diantara keduanya,mereka memang benar-benar menemukan kecocokan satu sama lain, tak sulit bagi mereka menemukan bukan cuma topik untuk diobrolkan tapi juga bahan candaan untuk mereka berbagi senyum dan tawa.Mereka berbeda dari pengunjung yang lain yang kebanyakan berhiaskan muka lelah,tegang,ataupun kurang tidur,seharusnya sangat cocok jika mereka dijadikan brand ambassador coffe shop itu,tapi yang ada mereka malah diusir secara halus oleh karyawan coffe shop karena tak terasa dua jam lamanya Luhan dan Minseok duduk disana,hanya dengan memesan dua ekspresso tanpa menu pendamping apapun,terlebih coffe shop itu sepertinya selalu ramai pengunjung.Saat karyawan coffe shop menawarkan kopi lagi,Saat itulah mereka memutuskan keluar.
“Sekarang kita mau kemana lagi?” tanya Minseok meniup kedua telapak tangannya yang kembali  mulai  terasa dingin.
“kita jalan-jalan saja sambil melihat matahari terbit.tapi sebelumnya aku punya sesuatu untukmu,berikan kedua tangannya!!”
Minseok tampak tak mengerti tapi tetap menunjukkan kedua tangannya,Luhanpun segera membungkusnya dengan sarung tangan hangat berwarna abu-abu,lalu menyematkan beanie dengan warna serupa ke kepala Minseok.Tadi malam dia membeli keduanya disebuah pasar malam yang tak jauh dari situ.
“Hadiah untuk teman internasionalku”ucap Luhan dalam senyum senangnya melihat pilihannya cocok dipakai Minseok.
Minseok tak menyangka akan mendapatkan itu.”Luhan,kenapa kau memberiku ini,harusnya kau lebih menghemat uang sakumu!?”
“Apa kau tahu,semalam aku bertemu Henry-ge dan memberiku uang.Kupikir dibanding aku,salah satu fangirlnya lebih berhak dapat hadiah darinya.Lagipula Henry-ge  pasti tidak senang melihat fangirlnya kedinginan saat menunggu konser debutnya”
Meski semua yang dikatakan Luhan benar,Minseok tentu saja tak mempercayainya.Kedengarannya Luhan seperti sangat mengada-ada.” Kalo gitu makasih.tapi pastikan kau bukan mencurinya di toko karena aku akan lepas tangan jika kau sampe ketahuan dan ditangkap.”ucapnya lalu melangkah kedepan
“Bisa-bisanya kau bilang seperti itu setelah kukasih,kalo gitu sekarang kembalikan” Luhan mengejar Minseok dan menarik Beanie di kepalanya.
“Andwee!”Minseok mencoba mempertahankannya,Dia sudah nyaman dengan Beanie itu,membuatnya  makin hangat ditengah hawa dingin menjelang pagi.
“Namja macam apa kau,sudah memberi tapi diminta kembali” protes Minseok.
“Sunrise…sunrise!sunrise!!” Luhan malah sibuk bersenandung asal
Lagi-lagi tingkah ceria keduanya jadi pemandangan kontras antara suasana kota seoul yang masih sepi dan berselimutkan kelam malam.Dan Bulan itupun masih menggantung diatas sana,bulan yang sebelumnya Luhan tatap dengan kekecewaan dan kemarahan kini semuanya telah terganti.
.
.
.
  “Minseok-ah,ini!!” Luhan menyerahkan sebutir bakpao kacang merah pada Minseok yang terduduk di bangku semen pinggiran trotoar,sedang menunggunya membeli sarapan.
“Kenapa kau suka sekali membeli bakpao,apa kau tidak bosan?” padahal Miseok masih cukup uang untuk membeli makanan enak lain yang lebih mahal.
  Luhan menggeleng.”rasanya enak kok,lihat!bahkan halmonie itu memberiku bonus dua bakpao lagi” sepertinya nenek penjual bakpao itu suka sekali dengan Luhan,walau baru dua kali dia membeli di tempat itu.”..dan kautahu,bakpao ini mirip sekali denganmu,tepatnya kedua pipimu,baozi-ah” ucap Luhan sambil mengembungkan kedua pipinya.
  “Aish..kau ini!” Minseok sebal,merasa mereka sudah cukup akrab,Luhan malah memberinya julukan itu. jika tidak mengingat semua budi baik Luhan padanya selama ini,Luhan  pasti akan merasakan kerasnya pukulan lengannya di punggung atau tengkuknya.
Sambil mengunyah sarapannya,kepala minseok tetap tertoleh ke pintu depan Yansoo agensi yang telah dipenuhi banyak sekali orang,terutama gadis remaja.
“Bahkan kesempatan untuk melihat Henry oppa sekali saja rasanya mustahil sekali”gumam  Minseok melihat kerumunan itu.
“fangirl macam apa kau ini? sudah menyerah untuk hal seperti ini,apa kau tak malu pada fangirl lain?”sergah Luhan yang tentu saja makin meninggikan tekanan darah Minseok di pagi hari.
“Lalu maumu aku gimana?jambak-jambakan seperti fangirl kema..”
“Minseok-ah!”sela Luhan tiba-tiba.”Apa kamu percaya keajaiban!?” tanya Luhan yang tidak dimengerti Minseok.
“Mulai hari ini kau harus percaya hal ajaib itu bisa terjadi dihidupmu kapan saja,mengerti!”
Minseok sudah siap memprotes kalimat tidak jelas Luhan,tapi Luhan malah memutar kepala Minseok dan mendongakkan  ke arah seseorang yang muncul dari balik tirai di lantai dua gedung Yansoo entertainment,seseorang yang Luhan nantikan sejak mereka tiba ditempat itu,Dia tersenyum dan melambaikan kedua tangannya,tepat ke arahnya.Minseok segera saja membeku,bahkan bakpao ditangannya sampai terlepas.
“YAA!Minseok-ah!tak baik membuang-buang makanan” omel Luhan segera memungut bakpao yang Minseok jatuhkan,dia  tiup sedikit pasir yang menempel di permukaannya.hendak menyerahkan kembali tapi Minseok masih saja mematung.Sebuah reaksi yang sudah Luhan perkirakan.Dia bahkan sudah bersiap seandainya Minseok sampai jatuh pingsan.
Gege-nya cuma sebentar muncul disana karena kemudian seseorang menariknya menjauh dari jendela kaca itu sebelum keberadaannya disadari lebih banyak fangirl lain.
.
.
.
.
.
Suara ringtone hp bernada hiphop membahana disebuah ruangan yang dipenuhi barang yang berserakan sembarangan.DVD,majalah dan buku,bungkus makanan,pakaian kotor,kesemuanya bersatu padu membentuk kekacauan masif di kamar  itu.Sangat lama hp itu dibiarkan mengoceh sendirian hingga akhirnya kepala menyeruak dari balik selimut tebal,seseorang yang tertidur di sebuah kasur rendah beranjak bangun,di ruangan yang juga terisi penuh berbagai barang lain.Ada satu set peralatan musik,terdiri dari sebuah keyboard,satu set drum, ada juga gitar listrik dan akustik disana,mirip sebuah studio mini karena ada juga peralatan audio dan set komputer disana.tersedia pula dapur sempit dan sebuah sofa yang menghadap ke tv plasma yang menggantung di dinding  yang masih beraksen bata merah,semuanya disediakan untuk menunjang keseharian penghuni ruangan itu.
“Ah,dimana kacamataku?”setelah mencari-cari diantara serakan kertas bertuliskan not balok,dia temukan yang dia cari lalu meraih HP-nya.
“Dimana kau?” seruan marah terdengar karena lama sekali HP itu baru diangkat.Suara yang paling tidak ingin dia dengar hari ini.Namja itu rebah kembali di kasurnya.
“Apa Luhan sudah sampai di rumahmu?” tanyanya lagi saat Mino tak juga bersuara.
“mwo?”
“kalo gitu kau cepat jemput dia!bukankah dulu kau yang menangisinya buat ditinggal waktu kami mau pulang ke Beijing” Henry di seberang dengan seenaknya main perintah,selalu saja begitu.Ditambah dia paling suka mengungkit hal memalukan di dirinya.termasuk hal yang sudah sangat lama berlalu itu.Padahal seingatnya Henry juga kemudian ikut menangis  harus berpisah dengannya
“ke beijing? kau mau debutmu ditonton olehnya?” tanya Mino  menebak sendiri maunya Henry.Mungkin tekanan hidupnya sebagai trainee sudah tak sanggup ditahannya lagi sekarang,dan dia sangat butuh dukungan keluarganya.”..sepertinya nanti malam appa dan eomma akan datang menonton” sambung Mino.memang darah itu lebih kental dari air,semenyebalkan apapun sikap henry padanya,tetap tidak tega dia membayangkan Henry akan bernasib sama seperti nasib para artis yang kelewat depresi.
“Sepertinya dia ada di tempatku konser nanti malam,dia sudah ada di seoul dua hari ini dan  kehilangan hpnya di bandara sehingga tak bisa menghubungi rumahmu,bawa dia ke tempatmu!sebelum nanti ada masalah!!” Mino lagi-lagi terdiam.malas menanggapi.
“Aku tahu dimana kamu sekarang!dan aku yakin Hae in imo tak tahu jika putra semata wayangnya telah membolos sekolah dan sedang kabur dari asramanya untuk menulis lagu..”
“Aku mengerti,yang mulia paduka pangeran xiao Henry,segera akan ku laksanakan!” balas Mino,namja satu itu juga sangat ahli untuk mengancamnya.”…..oh ya,selamat dan semoga sukses di debutmu”
“……….gomawo” sambungan teleponpun terputus.
.
.
.
“kapan temanmu itu akan datang?”tanya luhan begitu mereka ada ke stadium tempat konser akan berlangsung.Masih ada beberapa jam lagi sebelum konser itu dimulai tapi sisi luar stadium sudah dipenuhi manusia yang menyemut.
“ eh?”
“Tak perlu berwajah begitu!yang aku tanyain orang yang sering kamu kirimi pesan itu!” terang Luhan lantang,entah kenapa emosi mendadak naik harus omongin orang di seberang yang bahkan Luhan tak tahu nama maupun rupanya.
“oh! kurasa dia takkan datang”
“Kau mau kutemani menontonnya?” tawar Luhan segera begitu melihat wajah yang mulai menyendu tanpa disadari empunya.
“..tapi bukannya kamu harus ke rumah bibimu?!” Luhan sudah bercerita mereka akan berpisah setelah Luhan mengantarnya ke stadium.Terlebih keinginan Luhan bertemu _atau menurut Minseok_sekedar melihat Henry telah terwujud.
“Aku bisa kesana sesudah konser itu”
“oh,benarkah!” wajah Minseok seketika mencerah kembali.
“Aku haus,aku akan beli minum dulu.”
Saat Luhan melangkah menjauh,minseok mengecek lagi HP-nya,menekan tombol dial pada satu nama,untuk kesekian kalinya.
“Permisi!apa kau pernah lihat gadis ini!”
“tidak,ajushi” jawab gadis remaja yang berada dalam kelompoknya saat seorang namja dewasa memakai setelan jas datang menanyai mereka.Dia tampak sambil lalu melihat foto yang disodorkan,untung saja,jadi dia takkan menyadari bahwa gadis yang dicari itu duduk di dekat kelompoknya,berbaur dengan gadis-gadis fangirl lainnya.Minseok bersyukur keberadaannya luput dari pengamatan namja yang dia tahu pasti suruhan dari neneknya.Kini semua rencananya berantakan sudah.Begitu namja itu menjauh.Minseok perlahan pergi untuk menyusul Luhan.
Dua cappucino dalam gelas kertas sudah siap tersaji tapi pramusaji sekaligus kasir di both minuman itu masih harus bersabar karena Luhan masih sibuk menghitung uang yang harus dibayarnya dari receh uang sakunya yang masih tersisa.Saat masih sibuk menghitung,seseorang menyenggol sikunya sehingga recehan itu segera bertebaran.si kasir memutar mata dan menghela nafas lelah.Suara keluhanpun terdengar dari antrian di belakangnya.Belum sempat Luhan memarahi,si pelaku sudah sigap mengambili koin miliknya.
“Minseok-ah!” sebut Luhan menyadari pelakunya.
Dengan cepat uang receh itu Minseok kumpulkan tapi dengan lembaran won miliknya dia membayar kopi itu lalu cepat-cepat dia menarik Luhan pergi,membawanya ke sebuah sudut yang lengang.
“Ada apa?”
Minseok tak mengindahkan tanya Luhan,matanya tampak berputar ke sekeliling mereka,seperti ingin memastikan sesuatu,setelah merasa puas dia seketika menekuk lututnya.
“sebenarnya ada apa?” tanya Luhan ikut berjongkok,melihat raut lelah di wajah Minseok ”ini,minumlah dulu!” sodor Luhan  semetara dirinya sudah menyedot cappucino miliknya.
“Aku..sepertinya tak jadi melihat konser henry oppa” ucap minseok akhirnya,usai menikmati cappucinonya.
“kenapa?”
“halmonie-ku sudah menyuruh orang menjemputku”           
“suruh saja dia menunggumu sampe konser selesai!”
Minseok menggeleng lemah.
“atau bilang saja kau menonton denganku,nanti biar aku yang mengantarmu sampai ke rumah”
Minseok tersenyum oleh tawaran spontan Luhan yang tidak mengetahui kondisinya.Luhanpun segera mengerti dari ekspresi wajah yang Minseok hadirkan.Kebisuan segera mengambil tempat diantara mereka.Dalam diamnya Minseok mengambil sesuatu dari dalam tasnya.sebuah kotak kado.
“Luhan,kalo boleh aku ingin minta tolong lagi padamu,aku titip hadiah buat henry oppa!” meski agak ragu,akhirnya Luhanpun bersedia menerimanya,berikut dua tiket konser itu.Diapun sadar,dari sini mereka mungkin akan benar-benar berpisah tanpa tahu kapan mereka akan punya kesempatan bertemu lagi.Mereka bisa saja bertukar alamat rumah,nomor telepon ataupun alamat email tapi bukan itu yang Luhan harapkan.Cara Minseok hadir dan kebersamaan yang mereka habiskan dua hari ini memiliki arti berbeda padanya dan dia tak ingin berubah menjadi sekedar pertemanan nonfisik semata,terlebih dirinya tak terbiasa dengan aktivitas dunia maya seperti itu.Sepertinya Minseok satu pendapat dengannya karena diapun tak berinisiatif memberikan alamat apapun padanya meski Luhan tak tahu apakah alasan yang mendasarinya juga sama dengannya.
“Srooott” suara Minseok menyedot habis cappucinonya nyaring terdengar.
“apa kau harus tergesa-gesa begitu?!”
   Minseok tertawa,melemparkan gelas kosong ke tempat sampah di dekat mereka dan tepat masuk ke dalamnya.keduanya masih saja dalam posisi berjongkok,tenggelam dalam keramaian lalu lalang orang di sekitaran mereka.
  “bagiku dua hari ini sangat menyenangkan,karenamu juga aku bisa bertemu Henry oppa,kelihatannya  dia  juga baik-baik saja,tak seperti yang kubayangkan…. aku berharap nanti kita akan bisa bertemu lagi dan menikmati kopi sama-sama seperti saat ini.”Minseok perlahan bangun.”terima kasih karena kau sudah baik sekali padaku dan mungkin aku telah merepotkanmu,tapi aku senang sekali bisa berteman denganmu,Luhan.” Mendadak dia melepas syal merahnya dan mengalihkannya ke leher Luhan yang hendak menolaknya.
”Aku tak punya kenang-kenangan berharga untuknya tapi setelah ini Seoul akan bertambah dingin, kuharap ini akan berguna untukmu”
“Gomawo”
Minseok tersenyum lagi“ingat!kau harus terus bersemangat dengan hal yang kau sukai itu,aku pasti akan merasa bangga sekali sebagai temanmu jika suatu hari melihatmu di TV memenangkan suatu kejuaraan”
“kalo begitu kau juga harus begitu,suatu saat aku juga ingin bisa mendengar permainan pianomu” balas Luhan.
Tak mau perpisahan mereka membuatnya sedih apalagi di matanya sudah nampak kaca beriak,Minseok buru-buru menyudahi pamitan mereka.
“Aku pulang dulu,Luhan,bye” pamitnya untuk terakhir kali sambil keduanya saling tersenyum canggung,kemudian sepatu kets Minseok melangkah di antara kerumunan orang.tanpa dia sadari,langkah Luhanpun masih mengikutinya.Dia ingin benar-benar memastikan Minseok pulang dengan selamat.Tak butuh waktu lama seorang namja jangkung berjas tiba-tiba mencekal  lengannya.Luhan hampir saja berlari menyongsong hendak menolong Minseok,tapi   terjadi obrolan singkat diantara mereka yang menandakan orang itu bukan orang asing bagi Minseok,setelah namja itu menghubungi rekan-rekannya,dia membimbing  minseok yang menurut saja dibawa ke sebuah mobil mewah yang terparkir.Saat hendak masuk ke dalam mobil,Minseok sempat melihatnya lagi yang berdiri beberapa meter darinya.Dia sempat tersenyum padanya untuk terakhir kalinya sebelum mobil mewah itu membawanya pergi,meninggalkan Luhan yang kini berdiri sendirian dalam kerumunan.
.
.
.
vi’s side   :
mo bilang meski dah sangat panjang,penuh basa-basi,dan mungkin membosankan,kisahnya lumin belum selesai disini,pinginnya mau tetap mo diterusin di postingan ini lalu merasa kok  terlalu panjang,terlebih q sudah janji kalo mo update akhir bulan,buat seorang xiuhan shipper yg nagihin,spesial kukebutin ini buat kamu ;),semoga aja kamu gak kecewa.
karena aku paling gk suka sama fanwar makanya aku blur nama bb di ff ni,soalnya takut fangirl ekstrimnya ngamuk,sementara aku juga sulit buat nyari nama lain,juga buat yang kebetulan juga inner circle, jangan marah kalo mino aku tuain disini,terlebih aku juga ngerasain seperti mino yang wajahnya tampak lebih dewasa,atau bahasa gk sopannya sih rada boros muka :D,tapi yang jelas sih semua cast disini kutulis karena semata-mata aku suka dan hormat sama mereka.percayalah!
bingung mo nulis apalagi,terlebih mata dah ngantuk berat,cukup segini dulu deh.oh ya,gimana pendapatnya soal mv call me baby yg baru aja rilis,kalo aq langsung mendadak kangen ot12 mereka,benar!sya memang orang yg gagal move on :D.Dan langsung berpikir,kok lebih keren dan dramatik teasernya y :D,buat para exo-l jangan marah y,ini cuma pendapatq kok yang wajib dihargai di negara demokrasi ini.sekian ngelanturnya…..and pai2 :D