I write my life

I write my life,my imajination,my world

Sabtu, 25 Juli 2015

[FF] mianhe,appa!



 Disclaimer: selalu saya tegaskan bahwa nama,karakter,dan gambar bukan milik saya,melainkan saya pinjam demi mendukung cerita di bawah ini :)


 chanbaek

Di satu pagi yang cerah.Ketika seorang appa masuk ke kamar putrinya yang tak biasanya sudah tertata rapi,dia menemukan sebuah surat yang ditujukan untuk dirinya tepat diatas ranjang.Bergegas diapun membuka isi surat itu.

Untuk appaku tersayang,

kutulis surat ini dengan perasaan sedih dan menyesal.Saat appa membaca surat ini mungkin aku sedang dalam perjalanan keluar dari Seoul,tapi Appa tak perlu khawatir,aku tidak pergi sendirian,saat ini pasti aku sedang menggenggam tangannya,Appa tentu tahu siapa,dia bernama park chanyeol ,sengaja kuberitahukan karena selama ini Appa seperti tak ingin tahu namanya.
asian-baekhyun-chanyeol-chen-Favim.com-2892979

Mungkin tindakan kami  ini membuat appa memandangnya makin buruk.Karena itulah alasan yang selalu appa gunakan agar aku menjauhinya.Namun sungguh,dibalik semua penampilannya yang kacau dan bajunya yang selalu tak rapi,terlebih semua tatto yang melekat ditangannya,dia sebenarnya orang yang baik dan aku yakin dia juga akan jadi appa yang hebat bagi anak yang sedang kukandung ini.
Appa mungkin terkejut saat ini  tapi Appa juga harus tahu disaat aku sangat bingung untuk memberitahukan ini padamu,dialah yang terus meyakinkanku untuk membiarkan anak ini lahir dan dia juga berjanji akan membesarkannya bersamaku dalam kasih sayang yang sangat besar.
Appaku tersayang,
aku tak tahu kapan aku bisa menulis surat lagi untukmu,nantinya kami akan hidup berpindah-pindah karena dia harus menjalankan bisnis besar narkoba yang dia miliki.dan sekarang Appa tahu’kan jika dia bukanlah namja tak jelas yang tak punya pekerjaan
.
asian-baekhyun-chanyeol-chen-Favim.com-2892789

Selama ini dia terus meyakinkanku jika semua jenis narkoba itu tidaklah begitu buruk,tak ubahnya obat yang dokter berikan untuk menghilangkan rasa sakit pasiennya,itu yang selalu dia katakan padaku.
Sejak saat ini kamipun telah berjanji akan selalu bersama-sama sampai maut memisahkan kami. Aku berjanji akan selalu menjaganya dan berharap para ahli pengobatan masa kini bisa segera menemukan obat untuk penyakit AIDS yang sekarang diidapnya karena pemakaian obat-obatan itu.Meskipun aku juga tak yakin apakah virus itu telah ada ditubuhku ataupun anak ini.
 Akan kuabaikan pula semua sikap kasar yang dia lakukan padaku saat emosinya mulai tak stabil seperti yang pernah dia lakukan padaku selama ini dan kusembunyikan sekuat tenaga dari Appa .Aku juga takkan peduli meski kutahu bukan aku saja yeojachingu yang dia punya,karena ku yakin dia akan terus mencintaiku dengan cara berbeda,terlebih dengan kehadiran anak ini. 
Appaku tersayang, 
untuk yang terakhir  kuminta jangan terlalu mencemaskan keadaanku sekarang.Aku sudah hampir tujuh belas tahun.Aku yakin meski ini  sangat berat bagiku ,aku akan baik-baik saja.Aku yakin bisa menjaga diriku karena aku bukan gadis yang bodoh.Sampaikan salamku untuk eomma dan kai,dan semua koleksi boneka rilakuma boleh appa sumbangkan pada anak-anak di panti asuhan,aku sudah tak membutuhkannya lagi…
cute-japan-kawaii-kpop-Favim.com-960482

Semua pengakuan jujur yang tertulis dalam surat bahkan bisa membuat perasaan namja dewasa itu terguncang,namun dia masih berusaha menguatkan batin untuk membaca lembar surat selanjutnya.
“APPA!….SEMUA YANG KUTULIS DIATAS ADALAH TIDAK BENAR.BUKAN AKU INGIN MEMPERMAINKAN APPA,SUNGGUH! AKU CUMA INGIN MENUNJUKKAN HAL-HAL BURUK DAN MENGERIKAN YANG BISA MENIMPA GADIS SEUSIAKU DARIPADA NILAI UJIAN SEMESTERKU INI YANG BURUK.
Jika Appa sudah bisa menerima semua itu dan mau menandatangani laporan nilai ujian yang kuletakkan diatas meja,tolong jemput aku,aku tidak pergi kemanapun,saat ini aku ada di rumah Tao.
NB: kalopun appa marah dengan semua ini tolong jangan sentuh sedikitpun semua koleksi biasku dikamar,memang namanya kupinjam dalam surat ini,tapi sungguh dia sama sekali tak terlibat apapun dalam surat imajinasiku ini ataupun penyebab nilai-nilaiku turun.Posisi diantara kami sudah jelas dan akan selalu sama,antara bias dan fangirlnya.Dan semua penampilannya di foto-foto koleksiku itu tak lebih hanya tuntutan profesionalitas yang sama sekali bukan cerminan karakter aslinya,aku sangat yakin itu.Sebagai gantinya aku berjanji akan menjadi putri appa yang terbaik dan akan kuperbaiki semua nilai itu di semester depan.

:)
.
.
.
.
.
.
vi’s note  :
pertama yang mau kubilang,cerita ini sepenuhnya bukan milik saya,aku nemu di fb dan kyknya  ada pesen positif didalamnya,juga kayaknya cocok buat diremake jadi ff.Sudah tahu’kan ff one shoot ini pake chanbaek cast-nya,gs sudah pasti.Dan ini jadi semacamnya side story-nya mereka di ff to the beautiful you tapi chanyeol yang kupake bukan OTP-nya baekhyun tapi dalam posisi Park  Chanyeol exo sebagai seorang bias sama fangirlnya.membingungkan ya penjelasannya :)
Namun meskipun idenya dari me-remake tapi semua cerita diatas bukan sekedar coypy-paste,semua kutulis pake gaya penulisanku sendiri yang lebay abis :v,semacam re-write gitu.Sebenarnya ini cerita sudah pingin kubuat lama tapi lagi-lagi karena sok sibuk  :v baru bisa ditulis sekarang,dan untungnya karakter chanyeol di mv love me right malah cocok banget buat mewakilin ni cerita :D. Dan juga aku mo pesen lagi jika semua cerita yang kutulis itu dengan tujuan menghibur,minimal diri sendirilah,jadi sekiranya ada hal yang buruk yang kamu temuin di dalam tulisanku,semua itu jelas bukan untuk ditiru,tapi sebaliknya jika hal baik yang kamu temuin,semoga itu bermanfaat bagi hidupmu #mendadakbijak#.Dan sebelum curhatku lebih panjang dari cerita di atas,harus kusudahi tulisan gaje ini.Pai2 :D
cerita asli bisa kamu cari disini:

[FF] uneternal


 uneternal

 meski kita tak ditakdirkan untuk selamanya
aku ingin menjadi hal baik
yang pernah kau peroleh dalam hidupmu

     Suara sirine itu terdengar sangat jauh.Terus saja meraung mengganggu,seluruh rasa sakit ditubuh Luhan perlahan menjadi mati rasa.Kini orang-orang yang mengelilingi dirinya yang terbaring di jalanan tengah malam dengan tatapan iba dan prihatin berganti dengan wajah –wajah serius dan segera mengambilalih situasi.Dengan kemampuan profesionalnya,mereka cekatan melakukan banyak hal pada tubuhnya yang tak berdaya dan berlumuran darah.Mereka mencoba berkomunikasi dengannya padahal bibirnya saja teramat berat untuk digerakkan.Kemudian seseorang bahkan berteriak padanya.luhan tidak pernah suka seorang bersikap begitu padanya.Lalu seperti terdengar ada alunan lagu sendu yang berusaha meninabobokannya dan itu berhasil.Luhan tak harus berurusan dengan namja itu,untung saja.
.
.
.
“Kau tahu?” Luhan membuka matanya,yang seseorang selalu bilang ada kerlipan bintang disana.Dihadapannya terhampar langit biru luas dengan gumpal awan putih yang terus bergerak.
“Ehm?” seseorang yang berbaring disampingnya masih saja menutup matanya.cukup nyaman dengan desauan angin yang meniup poninya.
“Kurasa benar,hidup ini memang buruk!”
“Hidup siapa?Hidupmu!?bukankah sudah kubilang padamu,luhan,semua bahkan hal yang baikpun akan jadi buruk saat kau sendiri memutuskannya jadi buruk” jawabnya masih terpejam.senyumnya seketika melengkung saat kencangnya angin menerpa mereka yang terbaring di  rerumputan dibidang miring yang berada di belakang sekolah mereka.merontokkan beberapa helai daun pohon yang menaungi mereka dari terik mentari siang.
“Kurasa hidupmu juga?”
“oh ya,di bagian yang mana?” gadis itu masih saja menyembunyikan mata beningnya.Dia mungkin terlarut dalam alunan lagu yang mengalir melalui earphone yang tersambung disebelah telinganya,satu lagi berada di telinga Luhan.
  Karena kau hidup dalam keluarga yang tak sempurna,ayahmu menikah lagi dan memberimu seorang ibu tiri yang tak peduli denganmu dan sepertinya juga sangat membenci keberadaanmu,kau tumbuh menjadi gadis penyendiri dan tertutup,sifat pendiammu membuatmu sulit punya sahabat dan beberapa yang  lain menganggap hal baik  yang kau miliki adalah ancaman besar bagi mereka.Hal baik yang tampak dari rona manis wajahmu,kecerdasan yang kau punya,juga sikap yang selalu kau  tampakkan,jawab luhan dalam diamnya.
Minseokpun membuka matanya,seolah  bisik hati Luhan itu mampu didengarnya.
”mungkin kau benar,tapi aku takkan menyebutnya hal yang buruk,semua itu hanya tidak sempurna,sama seperti semua yang ada di dunia ini!”Minseok menekuk sikunya,berusaha bangun.” jam kosong dikelasku sudah hampir habis,kau juga,ayo balik kekelas.”ajaknya sambil merapikan kabel earphone.
Minseok berjalan lebih depan,dia harus ke ruang ganti dulu untuk mengganti seragam olahraga yang masih dipakainya sejak jam olahraga itu.
.
.
.
  Suara kepanikan muncul dari dokter di ruang operasi seiring mesin monitor jantung yang memekik nyaring,sementara diluar  suara tangis dari ibunya memenuhi lorong sunyi rumah sakit di pagi yang mulai menjelang.Luhan benci harus terjebak disituasi begini.Yang dia inginkan sekarang adalah melihat wajah Minseok.
dimana dirinya sekarang?
  tapi sekali lagi Luhan dalam kondisi tak berdaya sekarang dan kenangan pertama kali mereka  bertemu segera datang menghampiri saat itu juga.
.
.
.
“Apa kau juga bosan dengan pestanya?”
382023_540875049274239_991096042_n
  Luhan menghampiri  seorang gadis yang duduk sendirian di kursi ayun di dekat kolam renang outdoor di rumah penyelenggara pesta keberhasilan kerjasama dua perusahaan besar,dimana yang satu adalah milik ayahnya.Luhan tak pernah menaruh minat untuk hadir di acara seperti ini.Ayahnya saja yang kerap sekali mencoba memamerkannya ke semua rekan bisnisnya sebagai pewaris yang patut dia banggakan.Jika dia sampai menolak,Ayahnya tak segan-segan mengancam untuk mengeluarkan dari sekolah juga menjauhkannya dari teman-temannya,tempat dimana dia bebas menjadi dirinya,terlepas dari bayang keluarga yang membebaninya selama ini.Mengirimnya ke tempat yang jauh dan kalaupun harus,Ayahnya bisa saja mngurungnya di ruangan khusus di dalam rumah besarnya.
  Dan sekarang disinilah Luhan berada.Dibanding dia harus mengambil risiko besar lain,lebih baik dia cukup merasa bosan beberapa jam di ruangan yang bagi Luhan penuh kebohongan itu.Disaat itulah dia melihat  seorang gadis dalam balutan dress hitam selutut,cukup sederhana namun keanggunan memancar kuat dari dirinya.
“jadi menurutmu pesta ini membosankan?”
Dahi Luhan menyerngit oleh pertanyaan balik gadis itu.
“…sayang sekali! padahal staf penyelenggaranya sudah berusaha  sangat keras untuk membuat acara pesta ini semenarik mungkin..”
Luhan ingin tahu kenapa gadis itu bisa tahu hal seperti itu,tapi suara benda pecah beruntun dari dalam telah menarik cepat langkah gadis itu ke sumber suara.
   Saat tiba di dalam,Luhan melihat bagaimana tatanan gelas sampanye bertingkat telah luruh menjadi pecahan kaca di lantai.Sepertinya seorang namja kecil yang telah dipeluk erat oleh gadis itu adalah pelakunya.meski kelihatannya gadis itu mencoba melindunginya dari seseorang yang ingin menghukumnya,namja kecil itu sepertinya tidak suka.Dia terus meronta,memukul,bahkan cakaran mulai meninggalkan bekas di lengan gadis yang sedang mendekapnya erat.
    “Saya minta maaf atas ulah adik saya,petugas kebersihan akan segera membereskannya..Jadi silahkan nikmati lagi pesta ini!” usai berkata begitu gadis itu bergegas menaiki tangga menuju lantai dua sambil berusaha menahan tangan adiknya yang terus ingin menyakitinya,tak peduli seseorang sedang meneriakinya agar berhenti,seseorang yang Luhan tahu adalah tuan rumah  pesta ini.
……….
  Minseok..
Hwang Minseok..
  Setelah malam itu Luhan  baru menyadari jika gadis itu satu sekolah dengannya.Pertemuan itu memberi arti besar baginya.Luhan adalah tipe orang yang selalu serius dan jujur dengan apa yang dia rasakan,dia sadar dirinya begitu ingin tahu pada sosok pendiam itu.Semua hal dilakukan gadis itu selalu menarik minatnya.
luhan-rayakan-ultah-02
Dan akhirnya di satu siang,disaat dia menerima tanda kehormatan dari kepala sekolah setelah dia berhasil memimpin tim sepakbola juara kompetisi bergengsi,dengan penuh percaya diri,di hadapan semua orang satu sekolah.Luhan mengungkapkan inginnya.Dia pikir disinipun dia akan menang.Tapi dia salah,keyakinannya yang hampir seratus persen seketika runtuh oleh jawaban tidak Minseok.Siapa yang akan mengira sosok pendiam itu bisa dengan berani  dan tegas melawan semua orang yang memihak pada Luhan dan bersorak untuk menerimanya.
  Luhan ingat bagaimana teman-temannya tak bisa berhenti menertawakan aksi nekatnya yang berakhir dengan kegagalan itu,diapun yakin seisi sekolah sedang  melakukan hal serupa.Tapi entah kenapa dia tak bisa mengubah sedikitpun perasaannya pada Minseok.Dia tak bisa membenci sikap menyebalkan gadis itu yang sudah mempermalukannya didepan satu sekolah.
  “Maafkan aku!”
Luhan tak menyangka di hari itu juga Minseok akan menunggunya pulang dari latihan sepakbola padahal hari sudah sangat larut.
“Tolong maafkan aku”
Minseok mencoba menyusul langkah Luhan yang berlalu begitu saja darinya.”Apa kau sangat membenciku?”
Mendadak Luhan menjadi kesal oleh ucapan gadis itu.Tangannya mencengkeram erat tas selempangnya demi menekan rasa kesalnya.
”Apa begini sifat aslimu? suka memutarbalikkan fakta,bukankah kau yang benci padaku sampai kau bersikap begitu di hadapan sekian banyak orang!”
“Aku tak bermaksud bersikap begitu,sungguh! aku juga sama sekali tak benci pada…”
“Kalo begitu katakan alasan sebenarnya kenapa kau menolakku tadi siang?” sambar Luhan cepat sangat ingin tahu.Jika itu karena orang lain,dia akan mencoba move on dengan perasaannya sendiri,tak peduli sesulit apapun.
Gerak mata yang tak stabil menandakan Minseok kebingungan untuk menjawabnya,tapi kemudian dia menatap langsung mata bening Luhan.
” karena..karena aku.. tak berencana untuk menikah dalam waktu dekat..aku tak ingin segera punya suami karena ada banyak hal yang ingin ku kejar dulu”
Luhan shock,mulutnyapun hampir ternganga mendengar itu.Dia tak menyangka akan menemukan gadis sekonservatif ini di zaman sekarang.
“Aku..akan sangat senang jika kau seandainya lebih mau menjadi sahabatku,Luhan!”
.
.
.
Luhan akan selalu tersenyum geli jika mengenang kembali peristiwa itu.Saat dimana dia lebih memilih mengalah,mengorbankan perasaannya dan memenuhi keinginan gadis pengalih dunianya itu.
'’ Minseok! dimana kau?” gumam Luhan.Matanya memejam.Rasanya dia sedang terbaring diatas gumpalan awan putih.Terlalu nyaman hingga dirinya enggan untuk bangun.
.
.
.
PLAKK.
Sebuah tamparan telak Luhan dapat dari Minseok.Hal yang sungguh tak dia sangka sebelumnya.Setelah dirinya sedang mencoba melakukan taruhan yang disuruh teman-temannya untuk mencium Minseok.Dan dia mencari kesempatan itu di saat mereka sedang ada di antara buku-buku di perpustakaan
“Jika kau sungguh-sungguh masih ingin berteman denganku,aku tak mau hal ini  terulang lagi untuk kedua kalinya,kau dengar itu,Luhan!”
Minseok langsung mengambil jarak,dia berpindah dan meneruskan kembali kegiatan bacanya.Sudut perpustakaan yang jadi tempat favoritnya itu memang agak jarang dilalui siswa lain.Hanya kepada Luhan dia mau membaginya meski yang Luhan biasa lakukan cuma tidur atau mengajaknya ngobrol banyak hal.Selama berbulan-bulan ‘persahabatan’  mereka,baru kali ini Luhan bersikap begitu padanya,tentu saja dia kaget bukan main namun masih bisa refleks menamparnya di detik-detik terakhir.
“kau tahu! jika kau terus bersikap begitu,kau akan jadi perawan tua,tidak,kau pasti akan sendirian sampai mati!?” ucap Luhan dengan kejamnya.
Lengang.
Respon yang ditunggunya dari Minseok tak juga datang.Luhan jadi menyesali kata-kata spontannya tadi.
“Minseok-ah!…”
“Kurasa kau benar,Luhan-ah! aku selalu merasa dengan sikapku ini,aku pasti takkan mampu untuk hidup bersama orang lain,apalagi dengan seorang namja!”
“Lalu bagimu aku apa? apa kau tak mau untuk terus bersamaku?”
.
.
.
Luhan ingat saat itu Minseok tak sempat menjawabnya karena penjaga perpustakaan menginterupsi mereka untuk kembali ke kelas karena waktu istirahat hampir berakhir.
.
.
Diapun terus akan memercayai yang Minseok ucapkan kala itu.Tak apa-apa selama mereka masih bisa bersama-sama. Sampai sebuah berita pertunangan dua anak presdir muncul di media berita online yang ditunjukkan pada Luhan oleh temannya.Luhan sebenarnya tak mau peduli pada hal seperti itu sampai kemudian dia melihat nama yang sudah beberapa hari tak muncul di sekolah,seseorang yang ketidakhadirannya mengundang mendung di hari-hari Luhan meski dia sudah mencoba ratusan kali menghubungi HP-nya yang sudah tak aktif.
Nama berikut foto dalam balutan gaun menawan disandingkan bersama foto seorang eksekutif muda yang terpaut usia sebelas tahun dengannya.Seorang pewaris yang akan segera menguasai tampuk kekuasaan milik ayahnya.Terbalik dengan Luhan yang tak pernah ingin melakukan hal tersebut.
Maka hari itu Luhan memilih bertindak nekat.Tanpa pertimbangan matang  dia mendatangi rumah Minseok diam-diam karena tempat itu sudah sangat terlarang baginya semenjak gagalnya kesepakatan bisnis yang sempat terjalin diantara orangtua mereka.Beruntung baginya yang memergokinya adalah Minseok sendiri,seseorang yang sangat  ingin dia temui.
“Minseok-ah,ayo kita pergi!…” seru Luhan begitu Minseok memberinya tempat aman, dikamar miliknya sendiri.
“Luhan..” kebimbangan tampak jelas di matanya.
“aku tau sebenarnya kaupun tak menginginkan ini’kan?…apa yang masih kau harapkan dari rumah ini,Minseok-ah?” Emosi Luhan meninggi melihat Minseok yang memilih diam.
tapi memang benar yang Luhan katakan.Yeol,adik tiri Minseok yang mengidap autis telah dikirim jauh ke orangtua ibu kandungnya.Seorang putra yang pernah begitu diinginkan untuk mewarisi harta dan nama besar keluarga kini telah dibuang karena ternyata dia lahir tidak sesuai harapan,seseorang yang selama ini selalu Minseok jaga dan lindungi telah pergi.Yang tertinggal hanya ibu tiri yang Luhan yakin makin menaruh kebencian pada Minseok dan Ayah yang begitu berambisi pada dunia bahkan sampai ingin menggadaikan putrinya sendiri.
“..kumohon pergilah bersamaku..pergi ke tempat yang jauh! Disana aku janji akan berusaha memberikan yang ada dirumah ini untukmu!!”
“tapi Luhan..kau tahu…aku tidak bisa”
“CUKUP..saat ini aku tak mau mendengar kata-kata bodoh apapun darimu.Pokoknya kita akan pergi dari rumah ini,tak peduli jika aku harus menyeretmu!!”
Lagi-lagi Minseokpun tak berdaya.Tak kuasa untuk menolak.
.
.
.
Luhan sungguh menyesal.Andai saja hari itu bisa dihapuskan.
.
.
.
“Makanlah! setelah ini kita akan melakukan perjalanan jauh” suruh Luhan yang melihat Minseok hanya memegang roti yang dibelinya di dalam minimarket,sementara kini mereka tengah duduk di emperannya.
“Luhan!..kau tahu’kan yang sekarang kita lakukan salah,kita harus segera kembali sebelum kau menyesali tindakanmu ini.”
“Cepatlah kau habiskan,kita harus segera pergi!” hari ini yang Luhan lakukan hanya terus memerintahnya,bukan sikap Luhan yang biasanya,bukan Luhan yang selalu bisa  menjadi tempat dia bisa membagi apapun.
.
.
.
  tidur nyaman Luhan terusik saat pipinya disentuh lembut oleh tangan yang dingin.Ketika matanya membuka,dia melihat seulas senyum halus menyapanya.
“Minseok-ah..”
Tanpa mengucapkan sepatah katapun,dia membimbing Luhan bangun lalu menarik tangannya berjalan.Luhan terpukau melihat Minseok,meski dalam balutan gaun putih sederhana,Dia tampak seolah bercahaya.Tali dari simpul pita di belakang bajunya berkibar tertiup angin yang menyejukkan.
20812-anime-paradise-cute-anime-couple_large
Semua ini sungguh sangat nyaman.Perasaan yang dulu begitu sulit dia cari ataupun rasakan,sebelum dia berada di tempat yang begitu asing ini.Keindahan yang terlihat sangat ganjil.Dimana langit tampak begitu dekat dan mereka seperti berjalan diatas telaga cermin.
Lalu Luhan seperti tersadar akan sesuatu,kenapa akhirnya mereka bisa ada di tempat seperti ini.
.
.
.
.
“Minseok-ah..”
Luhan membuka matanya yang sempat terpejam.Dia melirik Minseok yang terbaring di sebelahnya.Sebelum mereka benar-benar meninggalkan Seoul,Minseok mengajukan satu permintaan padanya.Dia ingin berkunjung ke sekolah mereka untuk terakhir kali sebelum menyambut keinginan Luhan untuk pergi berdua,pergi sejauh-sejauhnya dari kehidupan mereka selama ini,lalu memulai kehidupan baru milik mereka sendiri.
“Bicaralah sesuatu…aku tahu kau marah padaku,tapi bukankah disini kau biasanya suka sekali berbicara tentang banyak hal,kau tahu’kan aku sangat tidak suka kesunyian!”
Awalnya Luhan seperti bicara pada angin di malam yang mulai beranjak karena Minseok tak juga meresponsnya.
“Luhan…apa kau tahu?” Luhan yang sudah bersiap menikmati kesunyian itupun menoleh ke sumber suara.
“Di dunia ini ada begitu banyak orang yang berjuang untuk menemukan kenyamanan dalam hidupnya.Perasaan nyaman yang akan membuat seseorang bahagia dan merasa bahwa hidupnya berarti,namun sayangnya tidak semua orang bisa dengan mudah menemukan perasaan itu dalam hidup mereka.Dan aku bahkan berpikir sungguh menyedihkan orang-orang yang masih terus saja mencari dan ada yang sampai hancur dalam pencariannya yang tak kunjung tiba..”
Di bawah cahaya bintang-bintang yang meredup,Luhan bisa melihat ada aliran jernih yang memantulkan cahaya lampu taman di kejauhan turun dari mata Minseok namun secepat kilat dihapus tangannya.
“…Lalu aku segera menyadari jika akupun termasuk dari mereka,tidak,mungkin aku yang lebih buruk,aku punya begitu banyak hal yang seharusnya bisa membuatku nyaman dengan diriku sendiri,namun kenyatannya sampai sekarang aku begitu sulit menemukan alasan untuk bahagia dengan kehidupanku, sekarang kau tahu’kan Luhan,kalo aku ini orang yang sangat buruk…dan semua yang pernah kukatakan padamu seperti jadi sebuah kebohongan,benar’kan?” Minseok yang tak mampu lagi menahan perasaan sedih kini mulai terisak.
Luhan tak berusaha untuk menenangkannya,dia justru mengalihkan pandangannya ke hamparan langit kelam di hadapannya.Dia ingin Minseok yang biasanya selalu tampak tenang melampiaskan semua emosi terpendam yang selalu dia simpan sendiri itu.
“Minseok-ah..apa kau juga tahu,dulu akupun tak pernah nyaman dengan segalanya,meski kelihatannya semuanya aku punya ,semua itu terasa salah,tapi aku memilih membutakan mata,tak mau peduli,sampai kemudian ada hari dimana aku bertemu denganmu,mendengarkan semua cerita menyenangkan yang pernah kau bagi itu sedikit demi sedikit mengubah diriku.Menurutku itu bukan kebohongan melainkan hal-hal yang kau ingin coba capai meski terkadang gagal,seperti hari ini misalnya. ..dan bagiku kaulah kenyamanan itu,kenyamanan yang bukan cuma hadir sebagai kebahagiaan tapi juga penguat saat kepedihan asing itu datang padaku ” toleh Luhan pada Minseok.
”…Dan selamanya aku takkan rela kenyamanan itu hilang dari hidupku.”
………….
“Tapi..Luhan! bagaimana jika…”ucap Minseok terbata-bata.”..selama ini aku selalu merasa jika kita ini takkan selamanya..kau dan aku mungkin tidak ditakdirkan untuk bisa terus bersama..”
Luhan sebenarnya sudah bersiap menaiki motor sport-nya,saat dia hendak menyerahkan helm pada Minseok,saat itulah kata-kata itu muncul.Luhan mengira semua masalah di antara mereka sudah benar-benar selesai bersama tangisan Minseok di tanah landai di pinggir SMA mereka dan sepenuhnya siap untuk  meninggalkan kehidupan mereka selama ini.Hal yang membuat mood Luhan kembali berubah.
Luhan urung memberikan helm fullface itu.”Oke! jika kamu benar-benar tak ingin ikut denganku,akan aku antarkan kau pulang tapi jangan salahkan aku jika akan ada kehancuran di pesta pertunanganmu itu!” ucap Luhan menatap langsung matanya.Menegaskan  kalo yang dia katakan lebih dari sekedar ancaman.
Dan menyadarkan Minseok bahwa dirinya memang tidak diberikan pilihan apapun.
.
.
.
.
Sudah terasa sangat lama keheningan melingkupi ruangan dokter itu.
“Tuan Hwang,kuharap Anda bisa mengerti ini bukan untuk membayar apa yang telah putri anda berikan pada putra saya.Dengan semua bukti ini,meski sangat menyakitkan,kita tahu bahwa semua ini adalah murni kecelakaan.” Tuan xiao menggeser berkas dokumen lebih dekat ke lawan bicaranya yang tampak sangat tertekan.Namun tampaknya Tuan hwang sama sekali tidak tertarik pada berkas serah terima dua perusahaan yang akan jadi miliknya begitu dia tandatangi,dan besertanya ada sebuah kartu dan selembar surat yang sudah sempat dia baca sebelumnya.
Appa,
maafkan aku tapi aku sudah mengambil keputusan,aku akan pergi untuk melangkah ke kehidupan milikku sendiri.
Tuan Hwang masih mengingat isi surat yang setau dirinya sudah dia remas dan buang.Tapi sekarang muncul lagi dihadapannya dan jadi bukti penguat bahwa dia tak bisa menuntut  apapun pada orang yang sudah melarikan anaknya dan membawanya pada petaka.Dan sebagai gantinya dia bisa mendapatkan kembali perusahaannya yang hampir ambruk dan satu lagi kepemilikan perusahaan yang dulu sempat coba dia rebut dengan cara curang namun gagal dari Tuan xiao.
“Sekali lagi saya sungguh sangat menyesal dengan yang terjadi dan turut berduka atas putri anda” ucap Tuan Xiao yang selalu saja memasang wajah datar,ekspresi khas seorang eksekutif, sebelum kemudian berlalu dari ruangan itu meninggalkan  Tuan Hwang yang masih tergugu ditemani istrinya.
.
.
.
.
“Luhan..”
Sebuah sapaan berikut senyuman termanis yang Minseok hadirkan justru memberinya rasa sakit di jantungnya.Memorinya segera berputar pada semua yang terjadi di malam itu.
.
.
.
Luhan sebenarnya mengendarai motornya dengan sangat tenang  di jalur utama keluar kota Seoul.Dia melaju dengan kecepatan normal,dia ingin membuktikan janjinya sendiri untuk menjaga Minseok dimulai dari sini.tapi sebesar apapun niat Luhan itu,dia tetap tak mampu mengelak dari takdir.
Tiba-tiba saja tepat di depan mereka terjadi sebuah kecelakaan hebat yang melibatkan sebuah truk besar yang datang dari arah sebaliknya yang kehilangan kendali setelah menyenggol sebuah mobil yang hendak mendahuluinya.Membuat truk  itu menabrak pembatas dan meluncur cepat ke arahnya,yang meski sudah sekuat tenaga dia coba hindari,tabrakan sangat keras tetap tak terhindarkan.
.
.
.
.
Luhan kini bisa mengingatnya dengan jelas,bahkan rasa sakit itu,ketika dirinya terbaring tak berdaya setelah benturan keras yang terjadi membuat motor berikut dirinya terlempar ke aspal jalanan.Dan dalam ketidakberdayaannya itu,di tengah-tengah pertolongan medis yang coba diberikan padanya.Saat dia mencoba menolehkan kepalanya,hanya sedikit,karena semua gerakan bahkan yang terkecil dari tubuhnya,bisa sangat menyakitkan.Lewat sudut matanya dia melihat sosok itu,terbaring miring dalam diam,rambutnya tergerai karena helm sudah terlepas darinya.Tak seperti dirinya,cuma sejenak paramedis mencoba menolongnya lalu segera membawanya masuk ke dalam ambulans.
Dan sekarang didepannya dia bisa melihat kembali senyuman itu.
“Luhan.” panggilan itu justru makin membuat perubahan perasaan dan ekspresi di wajah Luhan,bahkan kini matanya terasa mulai memanas.”..sekarang…disini…aku ingin jujur padamu,boleh’kan,Luhan?”
.
.
.
“Oppa!!”panggilan yeoja dihadapannya di dalam sebuah cafe,mengembalikan Luhan dari lamunan.Dia tak habis pikir,bisa-bisanya dia melamun saat seseorang sedang sungguh-sungguh menunggu sebuah kepastian darinya.
“kurasa kau sudah jawabanku,Naeun-ah…Mianh..”
“benarkah tak ada kesempatan sedikitpun oppa?…menggantikan seseorang yang sudah meninggalkan oppa,bukankah posisiku jauh lebih baik darinya?setidaknya aku hidup…”
“..Cukup,Naeun-ah,apapun yang kau katakan keputusanku akan tetap sama.Dan aku tak suka jika kau harus membawa-bawa orang lain dalam masalah kita,siapapun itu” ucapan penuh penekanan dari Luhan segera mampu membungkam kata-kata dari gadis cantik itu.Namun melihat raut takut diwajah Naeun karena sikapnya yang tiba-tiba berubah,Luhan jadi tak tega.
“Sekali lagi aku minta maaf,Naeun-ah,tapi aku yakin kau bisa menemukan namja yang lebih baik dariku untuk jadi kekasih hatimu”
Sebuah ucapan klise.
Luhan mengangkat tangannya memanggil waitress,membayar bill untuk mereka berdua.”Kurasa urusan kita sudah selesai,aku pergi dulu”
Meski tampak keberatan melihat Luhan yang mulai beranjak,Naeun tak bisa mencegah Luhan yang pergi meninggalkannya dan menemui kembali teman-temannya yang duduk di area depan cafe,dimana tadinya dia minta waktu sebentar untuk bicara berdua saja dengan Luhan.
“jadi?”
“Apa?” Luhan malah bertanya balik pada Park Chanyeol.
“jadi bertambah satu lagi barisan yeoja yang Luhan buat  patah hati,benar’kan?” sela Kim Jongdae selalu saja sok tahu.
“memang jarang  ada yeoja yang bisa menolak pesona dari tuan muda kita ini?” canda Chanyeol lagi. 
“jadi bisakah kalian tidak mencampuri urusanku?” balas Luhan tampak tak suka dan tampaknya teman-temannya bisa memahaminya.”Jadi gimana jika setelah ini kita main basket di pinggir sungai Han?.” usul Luhan tiba-tiba,tak enak hati kata-katanya sudah mengubah suasana yang ada.
“main basket? setahuku kau baru saja pulang dari berlatih sepakbola?” tanya Yifan ragu.
“kenapa memangnya? ayolah,kapan lagi kita punya waktu buat main bareng?
Memang sekarang Luhan dkk sudah menginjak bangku kuliah dan mereka sudah menempuh pendidikan di bidang yang berbeda.Luhan mengambil kuliah managemen bisnis dan masih menekuni hobi sepakbolanya.Karena itu mereka sangat jarang bisa berkumpul dan main bareng seperti dulu.
“Kau yakin?kau benar-benar sudah bisa menyesuaikan diri dengan jantungmu yang baru itu? tapi meskipun begitu kau tetap harus menjaganya dengan baik! nggak semua orang bisa memberikannya begitu saja jika sampai kau merusakannya lagi,bahkan para yeoja yang ngaku cinta mati sama kamu itu” mendadak saja Yixing ceramah pada Luhan.
Sudah terbiasa dengan sikap mantan teman sebangkunya itu,luhan memilih cuek.”Ayolah,kapan lagi kita bisa olahraga bareng lagi” bujuk luhan yang segera berdiri dan teman-temannya tak punya pilihan selain menurut.Saat itulah dia bersitatap lagi dengan Jung Naeun yang baru keluar.Melihat pancaran sedih dari matanya memunculkan lagi rasa bersalahnya dan menghadirkan rasa yang tak nyaman di dadanya namun dia mencoba mengabaikannya dengan sengaja cepat-cepat berbalik namun dalam sepersekian detik gerakannya segera terhenti saat matanya menangkap satu sosok yang berdiri disisi naeun secara tiba-tiba.
“Minseok-ah…” bisikan sebuah nama segera meluncur dari  bibirnya.
.
.
,
.
“Luhan! bolehkah aku jujur padamu?….apa kau tahu…aku sungguh-sungguh tak tahu harus bersikap bagaimana saat kau bilang kau mau jadi sahabatku,saat kau bertanya apa artinya kau bagiku dan bertanya soal kebersamaan kita di masa depan,saat kau tiba-tiba datang menawarkan pilihan lain saat ku kira aku tak punya pilihan lagi. Saat kau berjanji akan membagi kebahagiaanmu bahkan menukarnya demi kebahagianku..”
“Minseok-ah,apa yang kau katakan,kau tahu kita dimana sekarang?!ayo kita pergi dari sini!” pinta Luhan setengah memaksa,dia hendak menarik tangan minseok,tapi empunya melawan.
“Tidak,Luhan.Kali ini kamu yang harus dengarkan aku….”Minseok menatap mata Luhan.”..Semua yang pernah kau lakukan itu,Semuanya terlalu berarti buatku,mungkin kau lebih dari kenyamanan yang selama ini kucari …dulu aku pernah bilang padamu jika dunia ini sungguh tidak sempurna dan tidak pula untuk selamanya..dan sebelum semuanya berakhir aku..”
“Hentikan,Minseok-ah,aku tak mengerti yang kau katakan!” sergah Luhan yang bisa merasa yang Minseok katakan seperti ucapan jelang perpisahan.
“Luhan!akupun ingin bisa melakukan hal yang sepadan dengan semua yang pernah kau lakukan padaku,berjanjilah kalo kau akan mau menerimanya?”
“Kenapa kau terus saja mengada-ada.Kau tahu yang paling kuinginkan!? aku cuma ingin kau selalu ada disisiku.Itu cukup buatku!” tegas Luhan.        
“bagaimana jika itu tak bisa!!? jika kita memang tak ditakdirkan untuk selamanya,ku minta pastikan kalo kau tetap akan selalu memiliki cahaya yang selama ini aku lihat didirimu,pastikan kau takkan pernah memadamkannya hanya karena diriku!!”
“Luhan,tak bisakah kau berjanji padaku untuk yang terakhir kali!”
.
.
.
.
Hembusan angin mengusik anak rambut di dahi Luhan.De javu,Seolah Luhan mengulang kembali momen itu.Hanya saja kini terbalik.Dalam kenangannya dia merasakan bagaimana tubuhnya menjadi transparan saat ingin menggapai Minseok yang kemudian dia perlahan menghilang.Sekarang dia melihat  bayangan di sisi Naeun juga perlahan memudar.Dan yang dia dapati kini hanyalah tatapan tak suka dari Naeun yang merasa terluka oleh sikapnya tadi  dan segera bergegas pergi.
Sesaat sesak di dadanya kembali terasa saat memori menyedihkan ketika dirinya terbangun pertama kali pasca kecelakaan.Awalnya dia lupa dengan apa yang terjadi di alam tak sadarnya itu.Saat dia tak menemukan Minseok apalagi kemudian dia harus mendapati sendiri kenyataan tentangnya dan Minsok yang semula terus berusaha ditutupi darinya.Bahwa kecelakaan itu membawa pada takdir satu nyawa berhasil hidup karena kematian satu nyawa lain.  
Kemarahan dan rasa bersalah membuatnya didera depresi.Walaupun kenyataan yang sebenarnya adalah tanpa dia tahu Minseok ternyata telah mendaftarkan dirinya jadi pendonor organ jika dirinya meninggal.Saat kecelakaan  itu paramedis menemukan kartu keanggotaannya,dan  siapa yang menyangka justru Luhanlah yang menerimanya.
“Luhan!!!” panggil Yifan.”Kau jadi mau main basket?”
“tentu saja”
Luhan menarik nafasnya dalam,berusaha sejenak saja mengenyahkan kenangan yang yang sudah berlalu lebih dari dua tahun lalu itu.Meski dia sudah bisa menerima semuanya setelah melalui pergulatan panjang untuk mendamaikan hatinya.Dia tak sepenuhnya bisa melupakan semua itu.Bisa jadi untuk selamanya.
Luhan berjalan menyusul langkah teman-temannya.Tapi entah kenapa tiba-tiba ada dorongan yang membuat langkahnya tertahan dan menoleh kembali Naeun yang telah berjalan sangat jauh dan mulai hilang di kerumunan.
“Kenapa?” tanya Yifan melihat tingkah aneh Luhan.
“Sepertinya sekarang Luhan menyesal sudah menolak gadis secantik Naeun.Benar’kan?” tebak Jongdae yang membuat Luhan segera berlagak mencekiknya.
“Aniyo..kau tahu?menurutku bersamamu lebih menarik dari bersamanya!” ucap Luhan yang mengundang multitafsir.
Jongdaepun segera mendorong Luhan,”Yaa! jangan pernah mengatakan hal mengerikan seperti itu”.
Luhan hanya tertawa melihat Jongdae yang bergidik.Saat ini Luhan mungkin bisa melakukan janji yang tidak dia ucapkan untuk dipenuhi pada Minseok di suatu tempat yang sangat indah namun juga sangat asing untuk ditemukan di dunia ini.
Janji bahwa akan kembali menjadi dirinya yang dulu sebelum kecelakaan itu terjadi atau bahkan sebelum Minseok masuk dalam hidupnya.Berusaha meninggalkannya sebagai satu kenangan di perjalanan hidupnya.Namun menggantikan keberadaannya di hatinya itu sepertinya akan butuh waktu lebih dari dua tahun,sedikit waktu lebih lama.
.
.
.
.
.
vi’s note:
ide cerita ini kudapat waktu liburan ke Jogja dan lihat kecelakaan motor di daerah gunungkidul.aku sebenarnya juga mo jujur kalo mulai atau lagi jenuh aja ya buat nulis ff,kyk atau author laen mungkin aku dah capek buat ngikutin drama disekitaran exo.atau aku lagi baper aja waktu dapet kabar soal Luhan yang katanya pacarnya hamil.keinget kalo dulu Luhan pernah bilang ingin nikah muda,menboong seketika deh T_T walau juga yakin kalo itu cuma hoax apalagi katanya ceweknya masih kuliah di korea dan mereka nikahnya diam2. kok berasanya ff banget nih.Tapi kemudian aku dapet pencerahan.Luhan’kan ssang namja,wajar kalo pingin nikah dan punya anak,kuharap urutannya nggak kebalik^^ tapi minimal bisakah nunggu fangirlmu yang satu ini dapet jodoh dulu :v.
Balik ke soal kejenuhan,semoga aja itu cuma bagian dari sifatku yang suka angin2an.soalnya kadang aku suka ngayalin suatu saat aku bisa bertemu mereka lalu ditanya.
#mendadak ff#
‘mana bukti kalo kamu fans beratnya kami?kamu punya semua album kami?’
‘Aniyo,aku cuma punya mv,fanmade,fancam,sama reality show kalian hasil donlotan di youtube,lumayan’kan bisa nambahin jumlah viewers’
ekspresi member exo mulai nggak enak.
“kamu pasti punya merchandise sama beli produk yang kami iklanin’kan?”
Aku gelengin kepala lagi.”Aku punyanya cuma folder foto kalian di lappie hasil aku bertapa di dumay ” melihat wajah kecewa mereka,aku lalu buru2 nambahin.”Tapi aku buat ff soal kalian dan sepertinya banyak yang suka”
“ff seperti apa,action,petualangan atau drama?kamu couplein sma cewek cantik’kan? Miranda kerr misalnya?” yang nanya gini pastinya Sehun.
“bukan,aku buatnya ff gs exo” dan akupun segera dipecat dari fans mereka.
FF  END. :v
Yah semacam itulah salah satu alasan kejenuhan itu.Terlalu nggak masuk akal y? :v.padahal aku sebenarnya bahkan dah ada ide buat sekuelnya to the beautiful you,yg jadi tokoh  utamanya giliran chanyeol sma kai.tapi nggak tahu kapan bisa nulisinnya atau akan mengendap dikepalaku aja *_*
Juga mo bilang jika ff ini akan agak mirip sama endingnya Lumin di TTBY tapi nggak semuanya hanya sebagian elemennya dan semoga nggak se-sad ending ni cerita.Soalnya kemarin aku dapet komentar dari yang pertama kali baca ni ff,katanya dia nggak suka karena akhirnya sedih terus kujawab hidup itu bukan seneng2 terus! pasti akan ada sedih2nya juga.
Dan akhirnya sebelum aku ngelantur makin jauh,sekian dulu.pai2 :D      
image sources:
http://favim.com/